Sabtu, 10 Juni 2017

Bebek Nyasar di Negeri Bintang

Dongeng Bijak Anak, dongeng anak, cerita anak, bebek, negri bintang


Rasanya menyedihkan, menjadi binatang peliharaan yang paling dilupakan. Ia merasa buruk dan tidak berharga. Hari-hari dilalui dengan rasa iri pada binatang peliharaan yang paling disayangi tuannya. Namun apa daya, memang dirinya tidak secantik Merak Hijau yang terlihat megah saat membentangkan ekornya. Juga tidak sekuat Kuda Hitam yang selalu bisa mengantar Yang Mulia bepergian dengan gagahnya. Ataupun bersuara semerdu Burung Perkutut  kebanggaan Raja. Dirinya hanyalah seekor binatang pendek berwarna cokelat bulukan, selalu berbau kotoran encer, dan bersuara cempreng menyedihkan. …….seekor bebek…..


Dari namanya saja sudah tidak terdengar keren. “Bebek”….rasanya seperti membayangkan perkakas penumbuk di dapur. Bahkan dalam Bahasa inggrispun disebut “duck”, saat mendengarnya, serasa menyaksikan benda menabrak sesuatu hingga terjatuh. Hampir tak ada yang mengakui bahwa bebek adalah binatang cantik yang layak dipuja. Banyak yang membayangkan bahwa bebek adalah peliharaan yang paling layak disembelih dan dimasak menjadi hidangan lezat untuk disantap hingga tertinggal tulang-tulangnya saja. Dan tulang-tulang itupun akan dibuang ke tempat sampah tanpa penghargaan sama sekali lalu dilupakan begitu saja seolah ia tak pernah hidup. Menyedihkan….

Namun, semua itu tidak membuat sang bebek menyesali dirinya sebagai seekor bebek. Ia tetap menjalani hari-harinya dengan riang tanpa keluhan. Ia tak pernah sedih meskipun ia tahu bahwa dirinya suatu hari hanya akan berakhir sebagai bebek panggang hidangan raja. Ia selalu membawa keceriaan bagi teman-temannya di istana. Sikap baiknya inilah yang kemudian menjadikannya bebek populer di kalangan hewan peliharaan yang lain.

Hari itu, hujan turun dengan sangat lebat, raja meringkuk di tempat tidurnya bersembunyi di bawah selimut. Sejak semalam hujan yang turun membuat udara hari itu terasa dingin. Rasa lapar mulai melilit perutnya dan yang bisa ia bayangkan adalah menyantap makanan lezat kesukaannya….bebek panggang… Teriakan raja yang meminta hidangan bebek panggang terdengar sampai keluar kamarnya. Saat itu burung merpati sedang berteduh di bawah jendelanya. Ia adalah sahabat baik bebek. Ia menjadi sahabat baik sejak bebek itu menolongnya dari kejaran kucing kesayangan raja. Bebek itu dengan berani mematuk kucing yang hampir menelan merpati. Dengan ketakutan kucing itu melarikan diri dari serangan bebek. Dan hari ini, merpati terkejut ketika mendengar bahwa raja meminta hidangan bebek panggang. Ia segera menyelinap di antara hujan untuk memperingatkan sang bebek.

Bebek tertegun mendengar keterangan merpati. Ia tahu hidupnya memang harus berakhir sebagai hidangan raja. Ia berusaha menerima nasibnya begitu saja. Namun teman-temannya berkumpul. Mereka tidak rela bebek akan disembelih. Selama ini bebeklah yang berani melawan kucing sombong kesayangan raja. Kucing itu suka sekali mengganggu binatang lain. Ia juga suka mengejek binatang peliharaan lain sebagai binatang rendahan, tidak seperti dirinya yang sangat dipuja oleh raja.  Teman-teman bebek ingin bebek selamat, maka mereka segera memaksa bebek untuk melarikan diri.

Dalam hujan lebat dan angin kencang, bebek terpaksa meninggalkan istana yang disayanginya. Ia meninggalkan teman-teman baiknya supaya ia selamat. Dalam hati, suatu hari ia ingin kembali bersama mereka. Bebek berusaha terbang meskipun ia bukan jenis unggas yang pandai terbang. Beberapa kali ia terjatuh, namun ia berusaha bangkit kembali dan pergi menjauhi istana. Ia menembus hujan deras dan angin yang disertai petir. Suatu ketika kilatan besar petir menyambarnya. Suaranya keras menggelegar, cahayanya demikian menyilaukan dan sengatannya demikian menusuk seperti disengat ribuan lebah. Sang bebek pingsan dengan bulu-bulu yang gosong.

Pusing, itulah hal pertama yang disadari bebek, ia perlahan membuka matanya…..silau….cahaya kuning ini begitu terang. Ia memaksa membuka matanya dan dilihatnya ia berada di tempat yang bertaburan cahaya kuning. “Inikah dunia kematian?” gumam bebek berusaha bangun.  “Tentu saja tidak!” kata sebuah suara tiba-tiba. Suaranya demikian aneh, seperti suara anak-anak kecil yang cempreng melengking. Bebek terkejut lalu melonjak berdiri. Dihadapannya banyak makhluk kuning bulat bersegi 5. Seeprti buah belimbing yang diiris. Tapi tubuh mereka mengeluarkan cahaya kuning. Dua matanya bulat dengan mulut yang mungil tersenyum kepadanya. Makhluk itu mendekatinya,”Kau tersesat ke negeri kami, negeri bintang.”

Bebek terbengong mendengar cerita makhluk bintang itu, namanya Mimi. Ia bintnag mungil yang cantik, bintang yang lain menghormatinya karena ternyata Mimi adalah ratu bintang. Mimi menceritakan tentang kerajaannya yang saat ini sedang berperang melawan petir jahat. Berhari-hari para bintang tak dapat menyinari bumi karena petir jahat itu membawa arak-arakan awan hitam untuk menutupi bumi. Awan-awan itu adalah tempatnya bermain. Alam telah mengatur bahwa petir dan bintang harus berbagi bumi dalam 1 tahun. Ada bulan-bulan tertentu petir bisa membawa awan menutupi bumi untuk bermain tetapi harus ada waktu pula petir harus menyembunyikan awan agar bintang-bintang bisa menampakkan sinar indahnya kepada manusia bumi. Saat manusia-manusia itu tersenyum melihat bintang di langit, senyum itu akan memancarkan kekuatan yang berubah menjadi pasir cahaya bintang. Pasir-pasir itulah yang membuat bintang bisa bersinar terang.

Namun, sudah sebulan ini petir serakah, ia selalu menutupi bumi dengan awan, ia begitu egois dengan terus bermain dan tidak mau bergantian dengan bintang untuk bisa bersinar. Pasir bintang mulai menipis. Sudah sebulan takda kekuatan senyum manusia karena mereka tak bisa melihat keindahan bintang di langit. Kerajaan bintang terancam padam.

Bebek tertegun mendengar semua cerita itu. Ia membayangkan betapa  buruknya langit tanpa bintang. “Aku hanya seekor bebek, kalau saja aku bisa menolong kalian…”, kata bebek sedih dan merasa tak berguna. Mimi tersenyum, “Itu tidak benar. Sudah lama kami mengamatimu, kau sangat baik. Dan suaramu itu mengagumkan.” Bebek terperanjat, bagaimana bisa ratu bintnag ini mengatakan suaranya mengagumkan. Bebek mendekati Mimi untuk memeriksa telinganya, jangan-jangan telinga Mimi sudah rusak. Mimi terkejut,”Apa yang kau lakukan?” Bebek tertawa, “Ha..ha..Aku hanya ingin tahu apakah telingamu masih baik.” Mimi mengerutkan alisnya,”Kenapa kau pikir telingaku rusak?” tanya Mimi heran. Bebek lalu mengeluarkan suaranya, “Kwek, kwek….kau dengar suaraku? Serak, cempreng, kasar, tak ada merdunya sama sekali. Bagaimana kau bisa bilang suaraku mengagumkan?”

Mimi mengerti, di dunia manusia, suara bebek pasti dibilang tidak merdu. Tapi bagi para bintang, suara bebek adalah penyelamat. Lalu kata Mimi, “Aku ingin minta tolong padamu, lawanlah petir untuk kami. Bantulah kami untuk mendapatkan senyum manusia agar pasir bintang kami bertambah banyak.” Bebek tambah heran, “Apa yang bisa kulakukan? Aku hanya seekor bebek!” Mimi lalu membawa bebek ke ruang pusaka kerajaan. Di salah satu dindingnya terlukis seekor bebek yang sedang berteriak melawan petir. 

Petir itu seperti naga yang bercahaya menyilaukan. Mimi menjelaskan bahwa ulah nakal petir bukan hanya kali ini. Dulu ia pernah egois memakai langit untuk membawa mendung hitam dan ia terus bermain tanpa peduli kerajaan bintang telah kehilangan pasir bintangnya. Lalu datanglah bebek yang membantu. Bebek itu mengeluarkan suara keras yang membuat petir takut lalu buru-buru menggulung awan hitam dan membawanya pergi.

“Tolonglah kami dengan suaramu yang serak kasar itu. Karena suara itulah yang ditakuti oleh petir.” Kata Mimi lagi. Bebek benar-benar heran, ia tak percaya bahwa suaranya bisa membuat petir takut. Tapi melihat Mimi memohonnya dengan sungguh-sungguh dan penuh kepercayaan pada dirinya, bebek bersedia membantu meskipun ia ragu apakah cerita Mimi benar.  Ia berpikir, mungkin ia akan mati disambar petir, dirinya tetap saja berakhir sebagai bebek panggang. Tetapi kalupun saat ini harus menjadi bebek yang dipanggang petir, kematiannya kali ini pasti lebih berharga dari pada berakhir menjadi bebek panggang makanan raja, karena saat ini bebek mati demi menolong negri bintang.

Bebek segera terbang menuju gumpalan awan hitam. Ia mencari petir di sela-sela awan itu. Petir baru saja menyambar atap rumah seorang penduduk sampai terbakar. Ia tertawa-tawa saat melesat kembali ke gumpalan awan. Membuat rumah atau pohon-pohon terbakar sangat menyenangkan baginya. Bebek menghadangnya,”Berhenti!” kata bebek menghentikan petir.  Petir terkejut melihat kehadiran bebek, makhluk itu sudah disengatnya tadi, ternyata ia masih hidup meskipun bulu-bulunya sedikit gosong. Petir tertawa meremehkannya,”Ha..ha..ha..berani sekalu makhluk jelek sepertimu menghentikanku! Apa kau ingin kujadikan bebek panggang gosong?” Bebek sejenak merasa ngeri membayangkan dirinya tersengat petir lalu gosong dan mati. Namun ia teringat akan kepercayaan Mimi kepada dirinya. Lalu kata Bebek,”Kau harus berhenti bermain, bulan ini adalah giliran negri bintnag untuk memiliki langit. Pasir bintang mereka hampir habis, mereka harus bersinar cerah untuk mendapatkan kekuatan senyum manusia.”

Petir tersenyum sinis, “Ah, biarkan saja, itu bukan urusanku. Aku masih ingin bermain!” kata petir tak peduli. “Kau tidak usah ikut campur, kau hanya makhluk jelek yang akan disembelih dan menjadi makanan raja kan? Pergilah sebelum aku memanggangmu sampai gosong!” Kata petir lagi sambil melesat pergi hendak menyambar pohon tinggi. Bebek segera menghadangnya. Petir marah karena dihalangi, ia mulai menyerang bebek dengan kilatnya. Beruntung bebek bisa menghindar. Kali ini bebek segera mengeluarkan suara ‘Kwek’ nya dengan setengah ragu. Suara yang ragu itu ternyata membuat petir menutup telinganya dan berteriak,”Hei! Pelankan suaramu! Dasar suara jelek! Suaramu itu menyakiti telingaku!” Melihat tingkah petir itu, bebek semakin percaya diri. Ia segera mengeluarkan suara ‘Kwek’nya dengan lebih keras dan mantap. Petir kembali menutup telinganya yang kesakitan. Bebek terus menghujani petir dengan suaranya yang serak kasar. Ia membuat suaranya semakin keras. Petir benar-benar kesakitan,”Hentikaaaan! Ampun, hentikan! Aku tidak tahan lagi!”

Petir kemudian bersedia menyingkirkan gumpalan awan hitam dan membawanya pulang ke langit. Ia berjanji akan bergantian dengan bintang. Ia akan bermain bersama awan hanya saat musim hujan saja.

Sambil ketakutan, petir segera menggulung awan hitam dan pergi. Bintang-bintnag segera bertengger di langit, mereka saling bekerja sama untuk membentuk lukisan indah. Malam itu, banyak manusia keluar rumah memandang ke langit dengan tersenyum. Mereka kagum dengan keindahan bintang, ada yang berbaris membentuk kalajengking, ada juga yang berbaris membentuk dewi cantik. Senyum manusia yang mengagumi bintnag begitu banyak. Kekuatan besar mengalir ke negri bintnag dan menjadikan negri itu dihujani pasir bintang yang bercahaya terang. Bintang-bintang itu semakin cemerlang, mereka bersuka ria dan semakin indah dilangit.

Mimi mengucapkan terima kasih kepada bebek. Ia terharu karena kerajaannya selamat. Bebek pun berterima kasih kepada Mimi karena membuatnya merasa berharga sebagai bebek. Mungkin ia tidak dihargai di istana tetapi ia merasa senang bahwa kerajaan bintnag menganggapnya sebagai pahlawan. Mimi kemudian menghadiahkan pasir bintang kepada bebek. Bebek terbengong, untuk apa pasir itu bagi dirinya. Mimi menyodorkan pasir bintang itu ke mulut bebek. “Makanlah, ini enak”,  kata Mimi. Dengan ragu-ragu bebek memakan pasir-pasir itu. Tiba-tiba bebek berubahmenjadi berwarna emas. Bulu-bulunya yang gosong menjadi kuning cerah bersinar. Bebek melihat dirinya tampak hebat dengan cahaya emas itu. Belum pernah ada hewan secantik itu. Bebek sangat berterima kasih kepada Mimi. Hadiahnya itu mengagumkan.

Bebek berpamitan kepada Mimi, ia ingin pulang ke istana. “Aku akan pulang ke istana, kini pasti aku tidak akan disembelih dan dimasak oleh raja. Dagingku yang berubah menjadi emas pasti tidak enak untuk dimakan”.  Mimi tertawa mendengarnya. Mimi mengantar bebek keluar istananya dan berpesan agar bebek sering mampir ke istananya. Bebek mengangguk, lalu ia terbang menuju istana.

Hari itu raja sedang tersenyum melihat langit, ia dikejutkan dengan bintang jatuh yang menuju istananya. Raja berteriak keras-keras,”Bintang itu jatuh ke istanaku, cari dan bawa kehadapanku!” kata raja kepada para pengawalnya. Para pengawal itu bergegas mencari bintang yang dimaksud lalu dibawa ke hadapan raja. Dengan senang Raja menyambut bintnag jatuh itu, tapi kemudian,”Kwek!” suara itu mengejutkan raja. Ternyata bintang jatuh itu adalah seekor bebek berwarna emas menyala. Sejak hari itu bebek menjadi peliharaan raja yang paling disayangi. Bebek tidak menjadi sombong karenanya, ia tetap baik dan selalu menolong teman-temannya.


Kucig kesayangan raja yang selama ini sombong dan jahat kepada hewan peliharaan lain, diusir dari istana karena ketahuan mencuri ikan goreng hidangan raja. Ia juga ketahuan merobek jubah raja dengan kuku-kukunya. Kucing istana pergi diantar gelak tawa hewan peliharaan lain yang pernah disakiti. Mereka sekarang gembira di bawah perlindungan bebek emas yang baik hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar