Senin, 05 Juni 2017

Beruang Madu dan Raja Lebah



Dongeng Bijak Anak, dongeng anak, cerita anak, beruang, lebah, beruang madu

Pagi yang dingin, titik-titik embun masih bertengger di ujung-ujung daun, seekor beruang madu berjalan gontai menyusuri hutan. Tubuhnya yang gendut terlihat enggan untuk diajak berjalan. Perutnya terasa lapar sekali, apalagi pagi itu udara begitu dingin, rasanya perut semakin melilit kelaparan. Dalam benaknya terbayang seonggok besar rumah lebah yang penuh dengan kantung-kantung madu nan lezat.

Ia senang sekali mencabik-cabik rumah lebah untuk mendapatkan madunya. Lebah-lebah kecil itu akan terbang berantakan menghadapi serangannya. Mereka berdengung-dengung dan berusaha menyengat beruang. Tetapi beruang akan tertawa geli karena sengat mereka yang pendek tak mampu menjangkau kulitnya yang tertutup oleh lapisan tebal bulu-bulunya. Tanpa peduli kemarahan para lebah, beruang madu dapat menikmati santapan lezatnya sampai kenyang lalu pergi meninggalkan derita bagi para lebah. Lebah-lebah kecil itu hanya bisa menangis melihat rumah mereka yang hancur, makanan mereka yang hilang dan bayi-bayi lebah yang putih, mati sia-sia diantara remah-remah rumah yang hancur.

Pagi itu, beruang madu sudah lelah berjalan menyusuri hutan, namun apa yang dicarinya belum juga ditemukan. Perutnya semakin lapar, badannya terasa semakin berat untuk dibawa berjalan. Matahari merambat lebih tinggi, ia bersiap beralih menjadi siang. Kelinci-kelinci putih  telah kenyang memakan umbi-umbi dan rerumputan. Burung-burung telah berkicau setelah melahap biji-bijian dan kupu-kupu kini menari-nari setelah puas menghisap madu bunga-bunga mekar. Beruang madu masih mencari-cari makanannya. Ia semakin jauh menerobos ke dalam hutan. Permukaan tanah terasa gelap, pohon-pohon tampak tinggi menjulang dengan cabang-cabang yang rimbun. Mereka berlomba untuk menangkap sinar matahari hingga tak ada yang tersisa sampai ke tanah. 

Beruang begitu lelah dan lapar, ia berhenti di bawah pohon besar untuk beristirahat. Perutnya yang lapar terdengar bunyi ‘Kruek…kruuuek!” Beruang mengeluh, “Aduuuh,….lapar sekali….mengapa tak lagi kutemukan rumah lebah yang lezat itu….sudah beberapa hari ini sulit kutemukan rumah lebah”. Dalam kelelahan dan rasa laparnya, beruang merebahkan diri di atas akar pohon. Pohon itu tampak demikian tinggi, cabang-cabangnya membentang ke sana kemari. Beberapa ranting saling menjalin mengait satu dengan yang lain. Dalam kesunyian itu tiba-tiba terdengar suara dengungan yang sangat dikenalnya. Beruang madu segera bangkit mencari sumber suara itu, wajahnya tampak ceria dan melupakan rasa lelahnya, dengungan itu……adalah lonceng makan siangnya yang lezaaat! Beruang madu mengitari pohon di sisi sebelahnya dan apa yang dilihatnya sekarang benar-benar menakjubkan!...Rumah lebah yang sangat besar! Lebih besar dari semua rumah lebah yang pernah ditemukannya. Bukan lagi sebesar karung beras tetapi jauh lebih besar lagi seperti tiga kantung beras yang bersatu. Rumah lebah itu menggantung pada salah satu cabang pohon yang sangat tinggi.

Dengan penuh semangat, beruang madu segera mamanjat pohon itu. Ia sudah biasa melakukannya. Cakar-cakar di kaki dan tangannya menjadi andalan untuk bisa memegang batang pohon yang kokoh. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah ia berhasil naik, namun…pada langkah yang ke sepuluh di mana ia belum sampai ke batang rumah lebah itu, tiba-tiba….sruuuut…! Blug! “Auw!” teriak beruang madu. Ia terpeleset dan jatuh terbanting di tanah. Batang pohon itu begitu licin, mungkin ia masih basah bekas hujan semalam.  Permukaan tanah yang tertutup akar-akar besar terasa keras berbenturan dengan tubuh beruang.  Rasa sakit menusuk di pantat dan pinggangnya. Beruang menggeliat kesakitan, ia mencoba berdiri namun….”Auw, Aduh!” beruang kembali mengerang kesakitan, pantatnya benar-benar sakit. Ia tak sanggup lagi untuk memanjat. Beruang mengeluh, rasa lapar diperutnya memaksanya untuk mencari cara menjatuhkan rumah lebah itu. Tangannya yang besar mencari-cari batu untuk dilempar. Sambil duduk ia mencoba melempar batu itu ke arah rumah lebah, dengan harapan rumah lebah itu akan terjatuh.  Baru saja batu itu dilempar, ia menabarak salah satu dahan pohon dan terpental kembali ke arah beruang dengan kecepatan tinggi. Pluk!...”Auw…sakit!” teriak beruang lagi. Batu itu mengenai kepalanya. Sebuah benjolan besar menjulang di puncak kepalanya, rasanya sungguh sakit. Beruangpun menangis, ia kesakitan, kelaparan dan kelelahan. Tangisnya menggeru-geru membuat suara berisik di sekitarnya.

Mendengar tangisan itu para lebah tentara segera memeriksa keadaan, mereka segera bersiaga begitu melihat seekor beruang madu di dekat sarang mereka. Bagi para lebah, beruang madu adalah seekor monster reksasa yang mengerikan yang bisa meluluh lantakkan satu kerajaan lebah yang sudah dibangun berbulan-bulan dengan susah payah. Panglima lebah segera memerintahkan untuk melancarkan serangan kepada beruang madu sebelum beruang itu merusak sarang mereka. Segerombolan pasukan lebah yang begitu banyak terbang melesat ke arah beruang madu, dengan ganas mereka menyerang beruang madu dengan sengatan-sengatan tajam. Beberapa lebah bergelantungan dan merangkak masuk  ke balik bulu-bulu beruang lalu menyengat kulitnya yang tebal. Ratusan sengat lebah berhasil menusuk ke dalam kulitnya, kali ini beruang madu kembali mengerang kesakitan, ia mengamuk dengan mengibaskan tangan kesana kemari. Sesekali tangannya memungut benda-benda keras di sekitarnya lalu mengibas-ngibaskan benda itu ke kerumunan lebah yang terbang. Beberapa lebah terbanting mati terkena pukulan benda keras beruang madu. Namun, tak lama kemudian, beruang itu tersandung akar pohon dan kembali jatuh ke sebuah jurang pendek. Beruang itu semakin merintih kesakitan. Air matanya terurai dan ia sibuk memegangi pantatnya yang bengkak bekas jatuh dan sengatan lebah. Pantatnya kini tampak lebih besar karena bengkak.

Melihat beruang sudah tidak berdaya, Sang raja lebah segera keluar dari sarangnya untuk ikut memeriksa keadaan. Kini beruang itu hanya bisa berbaring miring sambil menangis, ia tampak kesakitan dan tak mampu berdiri. Namun Raja lebah tetap waspada menghadapi beruang itu dan ia harus memastikan apakah beruang itu sudah tidak berbahaya bagi mereka. Iapun terbang mendekati beruang itu diikuti sepasukan lebah yang siap untuk menyengat. Melihat segerombolan lebah kembali mendekat, beruang lebah ketakutan dan hanya bisa meringkuk sampil menutupi mukanya. “Ampun….aku menyerah….ampun…sakit…..aku sudah jatuh, sekarang terkena sengatan…ampun…” kata beruang memohon sambil menangis. Raja lebah memberi aba-aba agar pasukannya menjauh dan tidak melakukan serangan.

“Beruang madu, itu adalah hukuman bagimu karena kau berusaha merusak rumah kami! Kami sudah mendengar perbuatanmu yang selalu merusak sarang teman-teman kami,” kata raja lebah menahan kemarahan, lalu katanya lagi,” Apa kau tidak tahu, sarang yang kau rusak itu harus kami bangun berbulan-bulan oleh ribuan lebah pekerja, dan madu yang kau curi itu, adalah hasil kerja keras kami mengumpulkan nektar dari jutaan bunga-bunga setiap harinya. Ditambah lagi, bayi-bayi kami yang masih tidak berdaya, kau bunuh bersama hancurnya rumah-rumah kami! Bagaimana bisa kau bertindak sejahat itu kepada kami?!”

Dalam tangisnya, beruang madu mendengar kata-kata raja lebah itu, selama ini ia tak pernah berpikir sejauh itu, yang ia tahu adalah bahwa ia suka memakan madu dan untuk mendapatkannya adalah dengan merusak sarang lebah. Hanya itu yang ia pikirkan selama ini. Raja lebah kembali berteriak kepadanya, “ Hari ini adalah peringatan bagi kamu supaya kamu tidak lagi merusak rumah kami. Kalau kau berjanji tidak akan lagi merusak rumah kami, maka kami akan mengampunimu dan membiarkanmu pergi! Tapi kalau kau tidak mau, maka kami akan kembali menyerangmu sampai mati!”

Beruang madu tak berdaya, dengan suara parau di antara tangis ia mengeluh,…..” Hu..hu…..aku harus bagaimana, aku ini beruang madu, makananku adalah madu, tanpa madu aku tidak bisa hidup….”Jawaban itu membuat raja lebah tercengang, iapun tidak berpikir sejauh itu. Ia tidak pernah memikirkan bahwa beruang madu memang membutuhkan madu mereka untuk hidup, begitulah alam telah mengatur. Bila baruang madu tidak makan madu maka ia bisa mati, di lain pihak, cara mereka mendapatkan madu menjadi bencana bagi para lebah.

Sejenak Raja lebah berpikir, ia tidak ingin menyakiti makhluk lain, tetapi juga ia tidak ingin koloninya terancam bahaya. Lalu ia menemukan usulan baru untuk membuat kesepakatan yang saling menguntungkan dengan beruang madu, katanya,” Beruang, ayo kita membuat kesepakatan perdamaian”. Mendengar itu beruang berhenti menangis, ia heran, kesepakatan apakah yang akan dibuat oleh raja lebah. Susah payah ia berusaha untuk bangun dan duduk menelungkup di bawah pohon. Lalu kata Raja lebah lagi,” Setiap hari kami harus mengunjungi jutaan bunga untuk membuat madu, tetapi kini, bunga-bunga itu semakin sulit kami dapatkan. Manusia telah menebang pohon-pohon berbunga yang kami butuhkan, mereka sembarangan menebang dan tidak mau menanam lagi. Hutan di sebelah kami sudah gundul, kami takut jika manusia-manusia itu sampai ke hutan ini dan menebang pohon-pohon kami, maka kami akan kesulitan mencari bunga dan kelaparan….” Mendengar itu beruang madu mengerjap-ngerjapkan mata untuk memahami Raja Lebah. “Apa yang kaubutuhkan?” tanya beruang. Raja lebah mulai menyusun kalimat kesepakatannya,” Jika kau bersedia menjaga hutan ini agar tidak dikunjungi manusia, maka kami akan menyediakan madu untukmu tanpa kau harus berperang melawan kami” Beruang madu terperanjat, dalam benaknya telah terbayang sekumpulan madu lezat yang disediakan bagianya tanpa ia harus memanjat pohon dan melawan sengatan lebah….itu benar-benar menyenangkan…. “Madu itu akan disediakan bagimu hanya jika kau bisa mengusir manusia itu untuk pergi dari hutan kami.” Kata Raja lebah menegaskan perjanjiannya. Beruang madu tersenyum dan kemudian bersorak,” Baiklah! Manusia -manusia itu akan kutakuti supaya tidak berani memasuki hutan ini! Itu kesepakatannya! Aku tidak akan merusak lagi sarang kalian!” Raja lebah tersenyum menerima kesepakatan itu. Dan untuk pertama kalinya, Raja lebah menjamu beruang madu dengan simpanan madu terbaiknya. Madu itu diletakkan para lebah di sebuah daun yang sudah digulung menjadi contong oleh beruang madu. Banyak sekali….beruang madupun bisa meminum madu sampai kenyang.


Sejak hari itu, beruang madu tak pernah merusak sarang lebah, ia rajin menjaga kawasan hutan dari gangguan manusia. Hutan-hutanpun kembali menghijau dan menyediakan bunga-bunga bagi para lebah. Madu merekapun semakin melimpah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar