“Aaaakgh!”, teriak seorang anak di tengah malam sunyi.
Matanya masih terpejam dalam tidurnya yang gelisah. Suara yang keras itu
membangunkan ibunya yang kemudian bergegas menuju kamar putra tercinta.
Teriakannya kembali menyusul dengan lebih keras, “Tidaaaak! Jangaan..!” Matanya
masih terpejam dan kali ini keringat bercucuran membasahi dahinya. Ibunya
segera membangunkan sang putra. Dengan terkejut anak itu bangun, dilihatnya
ibunda sudah di hadapan, barulah ia sadar bahwa hal mengerikan baru saja adalah
mimpi.
Belum lama berselang, teriakan serupa juga terdengar dari
tetangga sebelah. Tidak hanya satu anak, tetapi banyak anak berteriak di tengah
malam dalam tidurnya. Mereka tidak bisa bangun sebelum keluarganya datang untuk
membangunkannya agar terlepas dari mimpi buruk. Malam itu, kerajaan para Peri Kurcaci
dipenuhi dengan teriakan dan tangis anak-anak yang bermimpi buruk.
Malam berlalu, ternyata mimpi-mimpi itu selalu datang dan
menghantui anak-anak negeri Peri Kurcaci. Sudah beberapa malam mereka tidak
dapat tidur nyenyak. Kala siang hari, mereka tampak lesu dan murung. Tak ada
lagi terlihat anak-anak bermain gembira dengan canda tawa mereka yang
menyenangkan. Semua senyum anak-anak negeri Peri Kurcaci telah hilang. Kerajaan
serasa diliputi kegelapan karena tak satupun anak yang mampu tersenyum ceria
kembali.
Raja ikut bersedih mendengar laporan para menteri tentang
serangan mimpi buruk selama beberapa hari itu. Ia segera memerintahkan seluruh
pasukan untuk menyelidiki penyebabnya dan mengatasi masalah mimpi buruk itu.
Di dalam hutan pinggiran kerajaan, hiduplah seorang anak Peri
yang selalu ceria. Ia menghiasi hidupnya dengan tersenyum setiap hari. Apapun
yang ada di hadapannya disyukuri dan tak pernah mengeluh. Baginya, senyum dan
keceriaan adalah kekuatan untuk menyelesaikan setiap masalah. Saat di dalam
kandungan, ibunya selalu bermimpi indah setiap hari. Karena itulah, anak Peri
ini diberi nama Peri Impen yang berarti Peri mimpi.
Pagi itu Peri Impen sedang bermain di pinggir sungai, ia
bernyanyi-nyanyi dengan riangnya. Meskipun hanya bermain dengan kelinci putih
kesayangannya, Peri Impen tampak ceria. Saat itu para penjaga kerajaan melihat
keceriaan Peri Impen dan melaporkannya kepada Raja bahwa masih ada anak di negeri
ini yang masih memiliki keceriaan. Raja segera memerintahkan para penjaga untuk
membawa Peri Impen ke hadapannya.
“Hamba menghadap yang mulia”, kata Peri Impen sambil
tersenyum. Sang Raja memperhatikan Peri mungil yang cantik itu, wajahnya
bersinar penuh keceriaan. “Anak yang cantik, apakah kau tidak pernah mimpi
buruk?”, tanya raja kepada Peri Impen. Peri Impen mengangguk sambil tersenyum,
“Beberapa hari ini memang saya mimpi buruk yang mulia, tetapi saya selalu
melawan rasa takut saya dengan selalu bernyanyi riang di pagi harinya dan
bersyukur bahwa semua yang menakutkan itu tidak sungguhan, hanya mimpi saja”.
Raja tersenyum, kemudian Raja menceritakan masalah yang
dialami anak-anak di seluruh kerajaan. Raja meminta bantuan Peri Impen untuk
membuat anak-anak negeri Kurcaci tersenyum kembali. Peri Impen menyanggupi
tugas itu dengan riang hati. Ia segera pergi menemui anak-anak yang telah
kehilangan senyum mereka. Saat malam tiba dan anak-anak tertidur, Peri Impen
memasuki dunia mimpi mereka. Satu per satu anak dikumpulkan dalam satu mimpi.
Tampaklah dalam dunia mimpi anak-anak itu tersimpan gelembung-gelembung berisi
mimpi buruk. Jumlahnya banyak sekali. Ketika gelembung-gelembung itu terbuka,
anak yang memiliki gelembung itu mulai mimpi buruk.
Peri Impen melihat semua itu. Ia berpikir bahwa gelembung
mimpi itu harus dihancurkan. Dengan tongkat sihirnya, Peri Impen berusaha
memecahkan gelembung-gelembung itu. Namun ternyata gelembung itu sangat
kuat. Peri Impen berusaha mengajak
anak-anak itu membantunya, namun mereka tak punya semangat.
Tiba-tiba, ledakan hebat yang disertai asap hitam muncul di
hadapan mereka. Anak-anak itu kembali ketakutan. Dari dalam asap itu, tampak
seorang pria mengerikan berdiri sambil berteriak marah, ”Hentikan!” Pria itu berdiri dengan tatapan yang
mengerikan, matanya besar dengan warna hitam mengelilinginya, mulutnya lebar
dengan warna merah darah sampai ke pipinya. Topinya terlihat tinggi menjulang.
Pakaiannya serba hitam dan ia memegang tongkat berkepala ular di tangannya.
“Gelembung-gelembung itu milikku, tak akan ku biarkan kau menghancurkannya!”
kata pria itu lagi.
“Jadi kau yang menyerang anak-anak itu dengan mimpi buruk?” ,
tanya Peri Impen dengan berani. Pria itu tersenyum sinis dan mengakuinya. “Aku
adalah Mompi, Monster Mimpi”, katanya dengan ketus. Mompi kemudian menceritakan
mengapa ia menyerang anak-anak dengan mimpi buruk. Dulu, Mompi adalah seorang
anak yang selalu dijauhi teman-temannya karena ia dianggap bodoh. Hampir setiap
hari ia menjadi sasaran untuk dicurangi sampai menangis. Perbuatan
teman-temannya itulah yang membuatnya tak bisa tersenyum lagi. Kini, ia ingin
membuat anak-anak di seluruh negeri tidak bisa tersenyum lagi seperti dirinya,
supaya ia memiliki teman yang sama-sama tidak bisa tersenyum. Mompi kemudian
mengumpulkan semua hal buruk anak-anak, peresaan mereka yang selalu iri dengan
teman, egois saat bermain, suka marah dengan orang tua, dan suka berantem
dengan saudara atau teman. Semua sifat itu ia kumpulkan untuk menciptakan
gelembung-gelembung mimpi buruk. Sejak anak-anak
itu tidak bisa tersenyum lagi, maka Mompi memiliki banyak teman yang seperti
dirinya, tak bisa tersenyum.
“Itu jahat sekali Mompi, senyum anak-anak adalah cahaya bagi
dunia. Menghilangkan senyuman dari anak-anak hanya mendatangkan kegelapan dan
kesedihan orang tua mereka. Aku akan menghancurkan semua gelembung mimpi
burukmu dan mengembalikan senyum mereka.” Kata Peri Impen mantap. Mompi tak mau
kalah, ia segera mengacungkan tongkatnya ke arah Peri Impen. Banyak gelembung
mimpi bertebaran yang meluncur ke arah Peri Impen. Beberapa gelembung itu pecah
dan mengurung Peri Impen dan membuatnya terjebak dalam mimpi buruk yang
mengerikan. Peri Impen berusaha mengatasi rasa takutnya, ia berusaha keluar
dari gelembung itu namun ternyata gelembung itu begitu kuat dan tak bisa
dipecahkan.
Peri Impen segera teringat bahwa ia memiliki sebuah lagu
ceria untuk mengatasi mimpi buruknya setiap hari. Ia segera memejamkan matanya
dan membayangkan segala hal indah, ia mengingat ibunya yang selalu baik dan
menyayangi, ia ingat teman-temannya yang tertawa bermain dengannya, bahkan ia
ingat kelinci putihnya yang selalu membuatnya merasa senang. Ia mengingat semua
kesenangan itu, saat ia ulang tahun, saat ia bertamasya dengan keluarga, atau
saat ia bermain dengan hewan piaraannya. Peri Impen mengumpulkan semua ingatan
yang menyenangkan lalu dengan sepenuh hati, Peri Impen segera melantunkan lagu
riang yang merdu. Sambil menari Peri Impen terus bernyanyi lagu riang. Dengan
keceriaan itu, gelembung mimpi buruk yang menjebak Peri Impen tiba-tiba pecah
dan Peri Impen terbebas dari mimpi buruknya. Peri Impen tersenyum, ia kemudian
melantunkan lagunya dengan lebih bersemangat.
Seorang anak yang sedang terjebak dalam mimpi buruknya
melihat keberhasilan Peri Impen. Saat Peri itu menghampirinya, anak itu ikut
bernyanyi dan berusaha tersenyum, ternyata iapun dapat memecahkan gelembung
mimpi buruknya. Melihat ini, anak-anak yang lain segera mengikuti lagu dan
keceriaan Peri Impen. Mereka bernyanyi bersama-sama dan menari. Maka pecahlah
seluruh gelembung mimpi buruk itu. Anak-anak bersorak gembira penuh kemenangan.
Mompi jatuh terduduk, ia menangis sedih dan marah karena sudah
dikalahkan, sekarang ia merasa sendiri lagi karena tidak ada anak yang murung
seperti dirinya. Peri Impen kemudian menghampiri dan mengulurkan tangannya ke
arah Mompi, “Ikutlah denganku, ayo menyanyi bersama”. Mompi terkejut bukan
main, ia memandang Peri Impen tak percaya. Anak-anak yang lain ikut
menghampirinya dengan tersenyum untuk mengajak Mompi bergabung dengan mereka.
Mompi mengulurkan tangannya dengan ragu, ia mencoba ikut bernyanyi, lama-lama
ia ikut menari, dan kemudian, munculah senyum di wajahnya. Ia merasa takjub,
tersenyum ternyata adalah perasaan yang indah. Ia terharu melihat keceriaan
anak-anak yang mau mengampuninya.
Sejak hari itu, Mompi tidak jahat lagi, ia menerima
persahabatan yang ditawarkan Peri Impen dan anak-anak negeri Peri Kurcaci dengan
gembira. Kini Mompi selalu membuat gelembung mimpi indah setiap malam yang
membuat anak-anak selalu bergembira setiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar