Minggu, 04 Juni 2017

Monster Mimpi Buruk

Dongeng Bijak Anak, dongeng anak, cerita anak, mimpi buruk, monster, monster mimpi


“Aaaakgh!”, teriak seorang anak di tengah malam sunyi. Matanya masih terpejam dalam tidurnya yang gelisah. Suara yang keras itu membangunkan ibunya yang kemudian bergegas menuju kamar putra tercinta. Teriakannya kembali menyusul dengan lebih keras, “Tidaaaak! Jangaan..!” Matanya masih terpejam dan kali ini keringat bercucuran membasahi dahinya. Ibunya segera membangunkan sang putra. Dengan terkejut anak itu bangun, dilihatnya ibunda sudah di hadapan, barulah ia sadar bahwa hal mengerikan baru saja adalah mimpi.


Belum lama berselang, teriakan serupa juga terdengar dari tetangga sebelah. Tidak hanya satu anak, tetapi banyak anak berteriak di tengah malam dalam tidurnya. Mereka tidak bisa bangun sebelum keluarganya datang untuk membangunkannya agar terlepas dari mimpi buruk. Malam itu, kerajaan para Peri Kurcaci dipenuhi dengan teriakan dan tangis anak-anak yang bermimpi buruk.

Malam berlalu, ternyata mimpi-mimpi itu selalu datang dan menghantui anak-anak negeri Peri Kurcaci. Sudah beberapa malam mereka tidak dapat tidur nyenyak. Kala siang hari, mereka tampak lesu dan murung. Tak ada lagi terlihat anak-anak bermain gembira dengan canda tawa mereka yang menyenangkan. Semua senyum anak-anak negeri Peri Kurcaci telah hilang. Kerajaan serasa diliputi kegelapan karena tak satupun anak yang mampu tersenyum ceria kembali.

Raja ikut bersedih mendengar laporan para menteri tentang serangan mimpi buruk selama beberapa hari itu. Ia segera memerintahkan seluruh pasukan untuk menyelidiki penyebabnya dan mengatasi masalah mimpi buruk itu.

Di dalam hutan pinggiran kerajaan, hiduplah seorang anak Peri yang selalu ceria. Ia menghiasi hidupnya dengan tersenyum setiap hari. Apapun yang ada di hadapannya disyukuri dan tak pernah mengeluh. Baginya, senyum dan keceriaan adalah kekuatan untuk menyelesaikan setiap masalah. Saat di dalam kandungan, ibunya selalu bermimpi indah setiap hari. Karena itulah, anak Peri ini diberi nama Peri Impen yang berarti Peri mimpi.

Pagi itu Peri Impen sedang bermain di pinggir sungai, ia bernyanyi-nyanyi dengan riangnya. Meskipun hanya bermain dengan kelinci putih kesayangannya, Peri Impen tampak ceria. Saat itu para penjaga kerajaan melihat keceriaan Peri Impen dan melaporkannya kepada Raja bahwa masih ada anak di negeri ini yang masih memiliki keceriaan. Raja segera memerintahkan para penjaga untuk membawa Peri Impen ke hadapannya.

“Hamba menghadap yang mulia”, kata Peri Impen sambil tersenyum. Sang Raja memperhatikan Peri mungil yang cantik itu, wajahnya bersinar penuh keceriaan. “Anak yang cantik, apakah kau tidak pernah mimpi buruk?”, tanya raja kepada Peri Impen. Peri Impen mengangguk sambil tersenyum, “Beberapa hari ini memang saya mimpi buruk yang mulia, tetapi saya selalu melawan rasa takut saya dengan selalu bernyanyi riang di pagi harinya dan bersyukur bahwa semua yang menakutkan itu tidak sungguhan, hanya mimpi saja”.

Raja tersenyum, kemudian Raja menceritakan masalah yang dialami anak-anak di seluruh kerajaan. Raja meminta bantuan Peri Impen untuk membuat anak-anak negeri Kurcaci tersenyum kembali. Peri Impen menyanggupi tugas itu dengan riang hati. Ia segera pergi menemui anak-anak yang telah kehilangan senyum mereka. Saat malam tiba dan anak-anak tertidur, Peri Impen memasuki dunia mimpi mereka. Satu per satu anak dikumpulkan dalam satu mimpi. Tampaklah dalam dunia mimpi anak-anak itu tersimpan gelembung-gelembung berisi mimpi buruk. Jumlahnya banyak sekali. Ketika gelembung-gelembung itu terbuka, anak yang memiliki gelembung itu mulai mimpi buruk. 
Peri Impen melihat semua itu. Ia berpikir bahwa gelembung mimpi itu harus dihancurkan. Dengan tongkat sihirnya, Peri Impen berusaha memecahkan gelembung-gelembung itu. Namun ternyata gelembung itu sangat kuat.  Peri Impen berusaha mengajak anak-anak itu membantunya, namun mereka tak punya semangat.

Tiba-tiba, ledakan hebat yang disertai asap hitam muncul di hadapan mereka. Anak-anak itu kembali ketakutan. Dari dalam asap itu, tampak seorang pria mengerikan berdiri sambil berteriak marah, ”Hentikan!”  Pria itu berdiri dengan tatapan yang mengerikan, matanya besar dengan warna hitam mengelilinginya, mulutnya lebar dengan warna merah darah sampai ke pipinya. Topinya terlihat tinggi menjulang. Pakaiannya serba hitam dan ia memegang tongkat berkepala ular di tangannya. “Gelembung-gelembung itu milikku, tak akan ku biarkan kau menghancurkannya!” kata pria itu lagi.

“Jadi kau yang menyerang anak-anak itu dengan mimpi buruk?” , tanya Peri Impen dengan berani. Pria itu tersenyum sinis dan mengakuinya. “Aku adalah Mompi, Monster Mimpi”, katanya dengan ketus. Mompi kemudian menceritakan mengapa ia menyerang anak-anak dengan mimpi buruk. Dulu, Mompi adalah seorang anak yang selalu dijauhi teman-temannya karena ia dianggap bodoh. Hampir setiap hari ia menjadi sasaran untuk dicurangi sampai menangis. Perbuatan teman-temannya itulah yang membuatnya tak bisa tersenyum lagi. Kini, ia ingin membuat anak-anak di seluruh negeri tidak bisa tersenyum lagi seperti dirinya, supaya ia memiliki teman yang sama-sama tidak bisa tersenyum. Mompi kemudian mengumpulkan semua hal buruk anak-anak, peresaan mereka yang selalu iri dengan teman, egois saat bermain, suka marah dengan orang tua, dan suka berantem dengan saudara atau teman. Semua sifat itu ia kumpulkan untuk menciptakan gelembung-gelembung mimpi buruk.  Sejak anak-anak itu tidak bisa tersenyum lagi, maka Mompi memiliki banyak teman yang seperti dirinya, tak bisa tersenyum.

“Itu jahat sekali Mompi, senyum anak-anak adalah cahaya bagi dunia. Menghilangkan senyuman dari anak-anak hanya mendatangkan kegelapan dan kesedihan orang tua mereka. Aku akan menghancurkan semua gelembung mimpi burukmu dan mengembalikan senyum mereka.” Kata Peri Impen mantap. Mompi tak mau kalah, ia segera mengacungkan tongkatnya ke arah Peri Impen. Banyak gelembung mimpi bertebaran yang meluncur ke arah Peri Impen. Beberapa gelembung itu pecah dan mengurung Peri Impen dan membuatnya terjebak dalam mimpi buruk yang mengerikan. Peri Impen berusaha mengatasi rasa takutnya, ia berusaha keluar dari gelembung itu namun ternyata gelembung itu begitu kuat dan tak bisa dipecahkan.

Peri Impen segera teringat bahwa ia memiliki sebuah lagu ceria untuk mengatasi mimpi buruknya setiap hari. Ia segera memejamkan matanya dan membayangkan segala hal indah, ia mengingat ibunya yang selalu baik dan menyayangi, ia ingat teman-temannya yang tertawa bermain dengannya, bahkan ia ingat kelinci putihnya yang selalu membuatnya merasa senang. Ia mengingat semua kesenangan itu, saat ia ulang tahun, saat ia bertamasya dengan keluarga, atau saat ia bermain dengan hewan piaraannya. Peri Impen mengumpulkan semua ingatan yang menyenangkan lalu dengan sepenuh hati, Peri Impen segera melantunkan lagu riang yang merdu. Sambil menari Peri Impen terus bernyanyi lagu riang. Dengan keceriaan itu, gelembung mimpi buruk yang menjebak Peri Impen tiba-tiba pecah dan Peri Impen terbebas dari mimpi buruknya. Peri Impen tersenyum, ia kemudian melantunkan lagunya dengan lebih bersemangat.

Seorang anak yang sedang terjebak dalam mimpi buruknya melihat keberhasilan Peri Impen. Saat Peri itu menghampirinya, anak itu ikut bernyanyi dan berusaha tersenyum, ternyata iapun dapat memecahkan gelembung mimpi buruknya. Melihat ini, anak-anak yang lain segera mengikuti lagu dan keceriaan Peri Impen. Mereka bernyanyi bersama-sama dan menari. Maka pecahlah seluruh gelembung mimpi buruk itu. Anak-anak bersorak gembira penuh kemenangan.

Mompi jatuh terduduk, ia menangis sedih dan marah karena sudah dikalahkan, sekarang ia merasa sendiri lagi karena tidak ada anak yang murung seperti dirinya. Peri Impen kemudian menghampiri dan mengulurkan tangannya ke arah Mompi, “Ikutlah denganku, ayo menyanyi bersama”. Mompi terkejut bukan main, ia memandang Peri Impen tak percaya. Anak-anak yang lain ikut menghampirinya dengan tersenyum untuk mengajak Mompi bergabung dengan mereka. Mompi mengulurkan tangannya dengan ragu, ia mencoba ikut bernyanyi, lama-lama ia ikut menari, dan kemudian, munculah senyum di wajahnya. Ia merasa takjub, tersenyum ternyata adalah perasaan yang indah. Ia terharu melihat keceriaan anak-anak yang mau mengampuninya.


Sejak hari itu, Mompi tidak jahat lagi, ia menerima persahabatan yang ditawarkan Peri Impen dan anak-anak negeri Peri Kurcaci dengan gembira. Kini Mompi selalu membuat gelembung mimpi indah setiap malam yang membuat anak-anak selalu bergembira setiap hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar