Rasanya menyedihkan, menjadi
binatang peliharaan yang paling dilupakan. Ia merasa buruk dan tidak berharga.
Hari-hari dilalui dengan rasa iri pada binatang peliharaan yang paling
disayangi tuannya. Namun apa daya, memang dirinya tidak secantik Merak Hijau
yang terlihat megah saat membentangkan ekornya. Juga tidak sekuat Kuda Hitam
yang selalu bisa mengantar Yang Mulia bepergian dengan gagahnya. Ataupun
bersuara semerdu Burung Perkutut
kebanggaan Raja. Dirinya hanyalah seekor binatang pendek berwarna
cokelat bulukan, selalu berbau kotoran encer, dan bersuara cempreng
menyedihkan. …….seekor bebek…..
Dongeng bijak anak menampilkan cerita-cerita baru untuk anak yang berisi nasehat-nasehat bijak. Dengan bercerita kepada anak, kita bisa menyelipkan pengajaran-pengajaran karakter baik dan menjalin rasa percaya anak terhadap orang tuanya. Bila hubungan anak dan orang tua terjalin baik maka apapun nasehat orang tua akan didengarkan oleh anak. Semoga bermanfaat.
Sabtu, 10 Juni 2017
Senin, 05 Juni 2017
Capung Rawa 2 (lanjutan Capung Rawa 1)
Cerita ini dalah kelanjutan dari Capung Rawa 1
Dua hari berlalu, Piko selalu menemani Tutu dan membantunya mencari makan. Hari itu matahari bersinar terang, udara terasa hangat, Piko sedang mondar-mandir mencari makanan untuk Tutu. Baru saja Piko memasukkan seekor ulat ke mulut Tutu, tiba-tiba muncul seekor elang yang sangat besar. Sayapnya yang lebar masih setengah terentang, kaki-kakinya begitu kokoh dengan kuku-kuku jari yang runcing. Elang itu terkejut melihat Piko berada di dalam sarang. Matanya tajam mengerikan, ia penuh curiga memandang Piko. Elang besar itu tampak marah dan mendekati Piko sambil berteriak,”Siapa kau dan apa yang kau lakukan di sini?” Tanpa menunggu jawaban dari Piko yang ketakutan, Elang itu mendekati Piko dengan cepat bersiap hendak mematuknya.
Dua hari berlalu, Piko selalu menemani Tutu dan membantunya mencari makan. Hari itu matahari bersinar terang, udara terasa hangat, Piko sedang mondar-mandir mencari makanan untuk Tutu. Baru saja Piko memasukkan seekor ulat ke mulut Tutu, tiba-tiba muncul seekor elang yang sangat besar. Sayapnya yang lebar masih setengah terentang, kaki-kakinya begitu kokoh dengan kuku-kuku jari yang runcing. Elang itu terkejut melihat Piko berada di dalam sarang. Matanya tajam mengerikan, ia penuh curiga memandang Piko. Elang besar itu tampak marah dan mendekati Piko sambil berteriak,”Siapa kau dan apa yang kau lakukan di sini?” Tanpa menunggu jawaban dari Piko yang ketakutan, Elang itu mendekati Piko dengan cepat bersiap hendak mematuknya.
Beruang Madu dan Raja Lebah
Pagi yang dingin, titik-titik embun masih bertengger di
ujung-ujung daun, seekor beruang madu berjalan gontai menyusuri hutan. Tubuhnya
yang gendut terlihat enggan untuk diajak berjalan. Perutnya terasa lapar
sekali, apalagi pagi itu udara begitu dingin, rasanya perut semakin melilit
kelaparan. Dalam benaknya terbayang seonggok besar rumah lebah yang penuh
dengan kantung-kantung madu nan lezat.
Minggu, 04 Juni 2017
Monster Mimpi Buruk
“Aaaakgh!”, teriak seorang anak di tengah malam sunyi.
Matanya masih terpejam dalam tidurnya yang gelisah. Suara yang keras itu
membangunkan ibunya yang kemudian bergegas menuju kamar putra tercinta.
Teriakannya kembali menyusul dengan lebih keras, “Tidaaaak! Jangaan..!” Matanya
masih terpejam dan kali ini keringat bercucuran membasahi dahinya. Ibunya
segera membangunkan sang putra. Dengan terkejut anak itu bangun, dilihatnya
ibunda sudah di hadapan, barulah ia sadar bahwa hal mengerikan baru saja adalah
mimpi.
Kamis, 01 Juni 2017
Pesta Kembang Api Burung Murai
Setiap malam tahun baru tiba, Bukit Wisata Kaliurang di lereng Gunung
Merapi Yogyakarta menggelar acara pesta kembang api. Masyarakat
berbondong-bondong ke area bukit. Iring-iringan mobil dan motor bergerak
merayap padat bagai ular naga yang mendaki lereng Merapi. Suaranya
meraung-raung di tengah hiruk pikuk kemacetan. Sangat bising. Semua orang ingin
menikmati indahnya kembang api yang akan dinyalakan nanti malam untuk
menyongsong datangnya Tahun Baru.
Centong Nasi Pusaka Ajaib
Masyarakat
Jawa jaman dahulu memiliki cara khusus untuk mengatasi sakit perut seorang anak
yang makan terlalu banyak dan kekenyangan. Rasa begah itu akan diatasi dengan
centong nasi yang digerakkan seperti menyendok nasi di depan perut si anak.
Setelah beberapa kali gerakan menyendok itu dilakukan, biasanya rasa begah
karena kekenyangan akan berkurang. Secara logika, hal ini sulit dipahami, namun
bila kita menilik lebih dalam, tindakan tersebut bukannya tak berguna. Saat
anak merasa tak nyaman dengan perut kekenyangan, ia menjadi uring-uringan dan
emosi buruk. Ketika si ibu mengambil centong nasi dan menggerakkannya
seolah-olah menyendok nasi dari dalam perut Anak, anak tersebut akan merasa
geli lalu tertawa. Tawa inilah yang secara
ilmiahpun dapat dibuktikan bisa mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman dalam
tubuh. Dan kisah ini terinspirasi dari mitos centong nasi penyembuh sakit
kekenyangan.
Langganan:
Postingan (Atom)