Minggu, 28 Mei 2017

Monster Goa

dongeng anak, cerita anak, monster goa

Suatu pagi yang cerah, hewan-hewan terbangun dari tidurnya. Dengan riang mereka bernyanyi menyambut hangatnya mentari. Burung berkicau, ayam berkokok, kambing mengembek, bebek berkwek-kwek dan semua binatang mengeluarkan suaranya masing-masing untuk saling menyapa teman-temannya. Seekor jangkrik hitam tampak kelelahan berjalan di atas tanah. Jangkrik adalah binatang malam, ia pergi mencari makan di malam hari dan tidur di siang hari. Semalaman ia pergi untuk mencari makan, saat pagi tiba adalah waktu bagi jangkrik untuk beristirahat. Perlahan ia bersembunyi di balik tumpukan dedaunan kering. Satu-satunya yang ia inginkan sekarang adalah tidur sepanjang siang hari.

Baru saja ia hendak tidur, telinganya menangkap suara yang aneh dan demikian berisik. “Gherr! Gheerr! Krak! Bum!”  Suara itu demikian keras, dan  berulang-ulang. Biasanya jangkrik tidak terganggu dengan suara binatang lain. Tapi kali ini, suara yang satu ini begitu mengganggu telinganya. Berkali-kali jangkrik berusaha tidak mempedulikan suara itu, tetapi tetap saja suara itu membuatnya tidak bisa tidur. Dengan kepala yang terasa berat, jangkrik keluar dari persembunyiannya dan mencari tahu suara apakah yang demikian keras dan menggangu itu.

Jangkrik melompat-lompat sambil mengengkrik, “krik krik...krik krik”. Tibalah ia di rumah ayam. “Hai ayam, apakah kamu dan teman-temanmu yang bersuara berisik itu? Bunyinya “Gherr! Gheerr! Krak! Bum!”   Aku tidak bisa tidur keberisikan”, keluh jangkrik. Ayam memiringkan kepalanya ikut mendengar suara itu, tapi iapun tidak tahu suara apakah itu. Lalu ayam mengeluarkan suara kokoknya, ”Kukuruyuuuuk....kok!, nah jangkrik, seperti inilah suaraku. Jadi yang membuatmu berisik itu bukan aku”. Ayam lalu menyarankan supaya jangkrik bertanya kepada hewan lain.

Jangkrik kemudian meninggalkan ayam, kali ini ia bertemu dengan harimau dan menanyakan suara itu. Harimau segera mengaum, ”Haurrrmmm!, ini suaraku, bukan seperti yang kau tanyakan itu, kata harimau menjelaskan. Jangkrikpun pergi untuk bertanya kepada hewan lain. Ia bertemu dengan gajah yang bersuara melengking, “Heeeerpt!”, juga bertemu katak yang bersuara, ”Kung kong krek!” Ada juga monyet yang bersuara, ”Ha ha hu hu!” atau sapi yang bersuara, ”Moooo!” Semua binatang yang ia temui tidak ada yang bersuara “Gherr! Gheerr! Krak! Bum!” Jangkrik kelelahan, tetapi ia masih sangat penasaran untuk menemukan suara aneh itu.

Setelah berjalan jauh, ia semakin mendekati suara itu, sampailah ia di sebuah gua yang besar. Gua itu tampak gelap, rumput-rumput liar tampak menutupi pintunya. Jangkrik memasuki gua itu dengan hati-hati, meskipun gelap, jangkrik dapat melihat dengan jelas karena jangkrik adalah bianatang malam yang biasa berada di tempat gelap. Tiba-tiba suara itu terdengar lebih keras lagi, di salah satu tikungan lorong gua itu, tampak bayangan hitam makhluk tinggi besar dan berbulu. Makhluk itu tampak marah dengan mengeluarkan suara dari mulutnya “Gherr! Gheerr!” sambil bergerak ke sana kemari, kakinya menendang kayu-kayu besar di sekitarnya hingga patah dan berbunyi “krak!” Lalu kayu itu jatuh ke tanah dan berbunyi “Bum!”.  Maka jadilah suara itu  “Gherr! Gheerr! Krak! Bum!”

Sekarang jangkrik mengerti, suara berisik itu berasal dari makhluk ini. Jangkrik melompat mendekat, ternyata ia adalah seekor beruang madu  yang besar.  Dengan sedikit takut, Jangkrik memberanikan diri untuk bertanya, ia berteriak sekuat tenaga agar bisa terdengar, ”Hai kawan, apa yang kau lakukan?” Beruang itu terkejut dan menoleh ke sana kemari. Ia mencari-cari siapa yang bertanya kepadanya. Akhirnya ia menemukan jangkrik di atas batu yang menjulang di sisi dinding gua.

Makhluk itu menunjukkan telapak kakinya yang bengkak dan berwarna merah. Jangkrik segera memeriksanya, tampak sebentuk duri menancap di telapak kaki beruang. Rupanya beruang itu tidak bisa menyingkirkan duri itu dari kakinya, perutnya terlalu gendut untuk bisa membungkuk dan tangannya terlalu pendek untuk bisa meraih telapak kakinya.


“Baiklah beruang, aku akan menolongmu melepaskan duri ini, maukah kau menahan sakit sebentar?”, kata jangkrik kepada beruang. Beruang mengangguk. Jangkrik segera melepaskan duri itu sekuat tenaga. Sejenak beruang mengerang saat duri itu dilepaskan, tetapi kemudian ia merasa lega, rasa nyeri di kakinya sudah berkurang. Beruang tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada jangkrik. Dengan rasa mengantuk yang berat, jangkrik kemudian berpamitan untuk tidur. Sebagai hadiah, beruang itu menawarkan sebagian sisi gua untuk tempat tidur jangkrik. Suasananya sunyi, tidak terdengar berisiknya binatang siang. Akhirnya jangkrikpun bisa tertidur dengan lelap tanpa gangguan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar