Suatu
pagi yang cerah, hewan-hewan terbangun dari tidurnya. Dengan riang mereka
bernyanyi menyambut hangatnya mentari. Burung berkicau, ayam berkokok, kambing
mengembek, bebek berkwek-kwek dan semua binatang mengeluarkan suaranya masing-masing
untuk saling menyapa teman-temannya. Seekor
jangkrik hitam tampak kelelahan berjalan di atas tanah. Jangkrik adalah
binatang malam, ia pergi mencari makan di malam hari dan tidur di siang hari. Semalaman
ia pergi untuk mencari makan, saat pagi tiba adalah waktu bagi jangkrik untuk
beristirahat. Perlahan ia bersembunyi di balik tumpukan dedaunan kering. Satu-satunya
yang ia inginkan sekarang adalah tidur sepanjang siang hari.
Baru
saja ia hendak tidur, telinganya menangkap suara yang aneh dan demikian
berisik. “Gherr! Gheerr! Krak! Bum!” Suara
itu demikian keras, dan berulang-ulang.
Biasanya jangkrik tidak terganggu dengan suara binatang lain. Tapi kali ini,
suara yang satu ini begitu mengganggu
telinganya. Berkali-kali jangkrik berusaha tidak mempedulikan suara itu, tetapi
tetap saja suara itu membuatnya tidak bisa tidur. Dengan kepala yang terasa
berat, jangkrik keluar dari persembunyiannya dan mencari tahu suara apakah yang
demikian keras dan menggangu itu.
Jangkrik
melompat-lompat sambil mengengkrik, “krik krik...krik krik”. Tibalah ia di
rumah ayam. “Hai ayam, apakah kamu dan teman-temanmu yang bersuara berisik itu?
Bunyinya “Gherr! Gheerr! Krak! Bum!” Aku tidak bisa tidur keberisikan”, keluh
jangkrik. Ayam memiringkan kepalanya ikut mendengar suara itu, tapi iapun tidak
tahu suara apakah itu. Lalu ayam mengeluarkan suara kokoknya, ”Kukuruyuuuuk....kok!,
nah jangkrik, seperti inilah suaraku. Jadi yang membuatmu berisik itu bukan
aku”. Ayam lalu menyarankan supaya jangkrik bertanya kepada hewan lain.
Jangkrik
kemudian meninggalkan ayam, kali ini ia bertemu dengan harimau dan menanyakan
suara itu. Harimau segera mengaum, ”Haurrrmmm!,
ini suaraku, bukan seperti yang kau tanyakan itu”, kata harimau menjelaskan. Jangkrikpun
pergi untuk bertanya kepada hewan lain. Ia bertemu dengan gajah yang bersuara
melengking, “Heeeerpt!”, juga bertemu katak yang bersuara, ”Kung kong krek!” Ada juga monyet yang bersuara, ”Ha ha hu hu!” atau sapi yang bersuara, ”Moooo!” Semua binatang yang
ia temui tidak ada yang bersuara “Gherr! Gheerr! Krak! Bum!” Jangkrik
kelelahan, tetapi ia masih sangat penasaran untuk menemukan suara aneh itu.
Setelah
berjalan jauh, ia semakin mendekati suara itu, sampailah ia di sebuah gua yang
besar. Gua itu tampak gelap, rumput-rumput liar tampak menutupi pintunya.
Jangkrik memasuki gua itu dengan hati-hati, meskipun gelap, jangkrik dapat
melihat dengan jelas karena jangkrik adalah bianatang malam yang biasa berada
di tempat gelap. Tiba-tiba suara itu terdengar lebih keras lagi, di salah satu
tikungan lorong gua itu, tampak bayangan hitam makhluk tinggi besar dan berbulu.
Makhluk itu tampak marah dengan mengeluarkan suara dari mulutnya “Gherr!
Gheerr!” sambil bergerak ke sana kemari, kakinya menendang kayu-kayu besar di
sekitarnya hingga patah dan berbunyi “krak!” Lalu kayu itu jatuh ke tanah dan
berbunyi “Bum!”. Maka jadilah suara
itu “Gherr! Gheerr! Krak! Bum!”
Sekarang
jangkrik mengerti, suara berisik itu berasal dari makhluk ini. Jangkrik melompat
mendekat, ternyata ia adalah seekor beruang madu yang besar.
Dengan sedikit takut, Jangkrik memberanikan diri untuk bertanya, ia
berteriak sekuat tenaga agar bisa terdengar, ”Hai kawan, apa yang kau lakukan?” Beruang
itu terkejut dan menoleh ke sana kemari. Ia mencari-cari siapa yang bertanya
kepadanya. Akhirnya ia menemukan jangkrik di atas batu yang menjulang di sisi
dinding gua.
Makhluk
itu menunjukkan telapak kakinya yang bengkak dan berwarna merah. Jangkrik
segera memeriksanya, tampak sebentuk duri menancap di telapak kaki beruang.
Rupanya beruang itu tidak bisa menyingkirkan duri itu dari kakinya, perutnya
terlalu gendut untuk bisa membungkuk dan tangannya terlalu pendek untuk bisa
meraih telapak kakinya.
“Baiklah
beruang, aku akan menolongmu melepaskan duri ini, maukah kau menahan sakit
sebentar?”, kata jangkrik kepada beruang. Beruang mengangguk. Jangkrik segera
melepaskan duri itu sekuat tenaga. Sejenak beruang mengerang saat duri itu
dilepaskan, tetapi kemudian ia merasa lega, rasa nyeri di kakinya sudah
berkurang. Beruang tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada jangkrik. Dengan
rasa mengantuk yang berat, jangkrik kemudian berpamitan untuk tidur. Sebagai
hadiah, beruang itu menawarkan sebagian sisi gua untuk tempat tidur jangkrik.
Suasananya sunyi, tidak terdengar berisiknya binatang siang. Akhirnya
jangkrikpun bisa tertidur dengan lelap tanpa gangguan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar