Serumpun bunga seroja yang
cantik tumbuh di tengah kolam kecil pinggir desa.
Kelopak mahkotanya yang berwarna pink terlihat lembut berjajar lebat di sekeliling
putik bulat berwarna kuning. Siapapun yang memandangnya selalu merasa takjub. Keindahan dan kemegahaannya tak
tertandingi oleh seluruh pohon yang tumbuh di sekitar kolam tersebut. Hari-hari
berlalu dengan penuh pujian setiap hari. Pujian-pujian itu membuat seroja menjadi
sombong, ia semakin menonjolkan kemolekannya dan memandang rendah pohon-pohon
yang lain.
Di tepi
kolam, tumbuh rumput teki yang kecil. Ia merambat di bibir kolam, daunnya
pendek, pipih seperti pita hijau yang melengkung. Ia tak punya batang ataupun
ranting, bunganya kecil tanpa mahkota, hanya seperti gulungan bola kecil yang
hampir tak tampak saat menyembul dari rumpun daun-daunnya. Setiap makhluk yang
datang ke kolam tak pernah memperhatikannya, bahkan mereka tidak peduli saat
kakinya menginjak-injak rumput teki sampai rusak.
“Hai
rumput teki, masih pagi begini duanmu sudah banyak yang robek,” kata bunga
seroja suatu hari setelah sekawanan kambing baru saja memakan rumput teki dan
menginjak-injaknya saat hendak minum di kolam. Rumput teki hanya tersenyum, ia
menjelaskan bahwa hidupnya memang diciptakan bagi makanan hewan ternak. Bunga
seroja mencibir, lalu katanya,”Kenapa kau ini bodoh sekali rumput teki, apa
enaknya hidup menjadi makanan binatang lain, lihatlah dirimu menjadi rusak.
Kambing-kambing itu juga membuang kotoran di atas daunmu! Bau! Menjijikkan!”
“Biarlah
kambing-kambing itu memakan daunku, kasihan kalau mereka kelaparan,” jawab
rumput teki. Ia juga menjelaskan bahwa kotoran kambing itu nantinya akan
terserap ke dalam tanah dan menyuburkan daun-daun rumput teki. Bunga seroja masih memandang sinis pada rumput
teki, lalu katanya,” Aku beruntung tidak menjadi makanan hewan, aku beruntung
memiliki bunga yang sangat cantik dan megah hingga semua manusia memujaku,
hewanpun tak ada yang tega memakanku, bauku wangi karena tidak ada kotoran
binatang yang mengenaiku”. Bunga seroja
terus mengagumi dirinya sendiri dan merendahkan rumput teki.
Rumput
teki tidak menanggapi kata-kata bunga seroja, ia terus tumbuh menghasilkan
daun-daun bagi kambing maupun kelinci yang hidup di sekitar kolam itu. Ia
menjalani hari-harinya dengan gembira meskipun setip hari ia diinjak-injak dan
dimakan binatang pemakan rumput, bahkan mereka ditimpa kotoran
binatang-binatang itu.
Beberapa
waktu kemudian, kemarau panjang melanda wilayah itu. Semakin hari kolam mulai berkurang
airnya, warnanyapun mulai keruh. Lambat
laun bunga seroja mulai terlihat kotor oleh air kolam yang penuh lumpur,
daun-daunnyapun mengerdil kekurangan air. Bunga-bunga yang mekar kini tampak
kecil dan berwarna buram. Kini manusia
yang melihatnya tak lagi terkagum seperti dulu, mereka lewat begitu saja tanpa
memberikan pujian. Ikan-ikan yang masih tersisa di kolam mulai menggigiti
daun-daunnya karena kekurangan makan. Bunga seroja kini tampak menyedihkan, tak
ada lagi yang bisa ia banggakan di musim kemarau. Ketika air kolam benar-benar
habis, bunga seroja tak mampu lagi bertahan hidup, ia mulai mengering dan
akhirnya mati.
Sementara
itu, rumput teki masih bisa bertahan dalam kekeringan. Ia bisa bertahan tetap
hidup meski tanpa hujan beberapa bulan. Semakin hari, rumput teki tumbuh
menjalar di atas lumpur kolam yang mulai mengering. Seiring dengan surutnya air
dan berubahnya lumpur kolam menjadi tanah basah, rumput teki tampak semakin
subur tumbuh di atasnya. Tanah basah itu menyediakan banyak air baginya, dan
sisa-sisa kotoran hewan yang selama ini menimpanya, kini menjadi cadangan
makanan yang melimpah. Rumput teki tumbuh subur, daun-daunnya lebat, warnanya
hijau segar, ia tampak cantik tumbuh menghampar di atas kolam kering. Kesegarannya
dikagumi oleh siapapun yang melewatinya. Mereka memujinya sebagai pohon yang
tahan musim kemarau. Dengan semua pujian itu, rumput teki tidak menjadi
sombong, ia tetap gembira meskipun diinjak-injak dan dimakan binatang pemakan
rumput. Ia juga tetap gembira meskipun hewan-hewan itu membuang kotoran di
atasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar