Minggu, 28 Mei 2017

Kesombongan Bunga Seroja

kesombongan bunga seroja, dongeng anak, cerita anak, dongeng bijak, bunga teratai

Serumpun bunga seroja yang cantik tumbuh di tengah kolam kecil pinggir desa. Kelopak mahkotanya yang berwarna pink terlihat lembut berjajar lebat di sekeliling putik bulat berwarna kuning. Siapapun yang memandangnya selalu merasa takjub. Keindahan dan kemegahaannya tak tertandingi oleh seluruh pohon yang tumbuh di sekitar kolam tersebut. Hari-hari berlalu dengan penuh pujian setiap hari. Pujian-pujian itu membuat seroja menjadi sombong, ia semakin menonjolkan kemolekannya dan memandang rendah pohon-pohon yang lain.


Di tepi kolam, tumbuh rumput teki yang kecil. Ia merambat di bibir kolam, daunnya pendek, pipih seperti pita hijau yang melengkung. Ia tak punya batang ataupun ranting, bunganya kecil tanpa mahkota, hanya seperti gulungan bola kecil yang hampir tak tampak saat menyembul dari rumpun daun-daunnya. Setiap makhluk yang datang ke kolam tak pernah memperhatikannya, bahkan mereka tidak peduli saat kakinya menginjak-injak rumput teki sampai rusak.

“Hai rumput teki, masih pagi begini duanmu sudah banyak yang robek,” kata bunga seroja suatu hari setelah sekawanan kambing baru saja memakan rumput teki dan menginjak-injaknya saat hendak minum di kolam. Rumput teki hanya tersenyum, ia menjelaskan bahwa hidupnya memang diciptakan bagi makanan hewan ternak. Bunga seroja mencibir, lalu katanya,”Kenapa kau ini bodoh sekali rumput teki, apa enaknya hidup menjadi makanan binatang lain, lihatlah dirimu menjadi rusak. Kambing-kambing itu juga membuang kotoran di atas daunmu! Bau! Menjijikkan!”

“Biarlah kambing-kambing itu memakan daunku, kasihan kalau mereka kelaparan,” jawab rumput teki. Ia juga menjelaskan bahwa kotoran kambing itu nantinya akan terserap ke dalam tanah dan menyuburkan daun-daun rumput teki.  Bunga seroja masih memandang sinis pada rumput teki, lalu katanya,” Aku beruntung tidak menjadi makanan hewan, aku beruntung memiliki bunga yang sangat cantik dan megah hingga semua manusia memujaku, hewanpun tak ada yang tega memakanku, bauku wangi karena tidak ada kotoran binatang yang mengenaiku”.  Bunga seroja terus mengagumi dirinya sendiri dan merendahkan rumput teki.

Rumput teki tidak menanggapi kata-kata bunga seroja, ia terus tumbuh menghasilkan daun-daun bagi kambing maupun kelinci yang hidup di sekitar kolam itu. Ia menjalani hari-harinya dengan gembira meskipun setip hari ia diinjak-injak dan dimakan binatang pemakan rumput, bahkan mereka ditimpa kotoran binatang-binatang itu.

Beberapa waktu kemudian, kemarau panjang melanda wilayah itu. Semakin hari kolam mulai berkurang airnya, warnanyapun mulai keruh.   Lambat laun bunga seroja mulai terlihat kotor oleh air kolam yang penuh lumpur, daun-daunnyapun mengerdil kekurangan air. Bunga-bunga yang mekar kini tampak kecil dan berwarna buram.  Kini manusia yang melihatnya tak lagi terkagum seperti dulu, mereka lewat begitu saja tanpa memberikan pujian. Ikan-ikan yang masih tersisa di kolam mulai menggigiti daun-daunnya karena kekurangan makan. Bunga seroja kini tampak menyedihkan, tak ada lagi yang bisa ia banggakan di musim kemarau. Ketika air kolam benar-benar habis, bunga seroja tak mampu lagi bertahan hidup, ia mulai mengering dan akhirnya mati.


Sementara itu, rumput teki masih bisa bertahan dalam kekeringan. Ia bisa bertahan tetap hidup meski tanpa hujan beberapa bulan. Semakin hari, rumput teki tumbuh menjalar di atas lumpur kolam yang mulai mengering. Seiring dengan surutnya air dan berubahnya lumpur kolam menjadi tanah basah, rumput teki tampak semakin subur tumbuh di atasnya. Tanah basah itu menyediakan banyak air baginya, dan sisa-sisa kotoran hewan yang selama ini menimpanya, kini menjadi cadangan makanan yang melimpah. Rumput teki tumbuh subur, daun-daunnya lebat, warnanya hijau segar, ia tampak cantik tumbuh menghampar di atas kolam kering. Kesegarannya dikagumi oleh siapapun yang melewatinya. Mereka memujinya sebagai pohon yang tahan musim kemarau. Dengan semua pujian itu, rumput teki tidak menjadi sombong, ia tetap gembira meskipun diinjak-injak dan dimakan binatang pemakan rumput. Ia juga tetap gembira meskipun hewan-hewan itu membuang kotoran di atasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar