Selasa, 11 September 2018

Semut Pemimpi ( Part 2 )

Dongeng Bijak, dongeng bijak Anak, semut, Dongeng, Cerita Anak, Cerita, Cerita Bijak
Semut Peminpi ( Part 2 )

Sarang kupu-kupu cantik itu sangat besar, bagaikan istana megah dengan banyak prajurit berbaris. Beberapa semut berpapasan dengan mereka, namun mereka tidak saling menyapa seperti halnya di istana Guly. Hal ini membuatnya heran. Namun Guly diam saja, ia pikir mungkin kebiasaan di kerajaan semut rambutan ini berbeda dari tempatnya.

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah bilik kecil. Sasi mempersilahkan Guly untuk menunggu di sana.  Seekor semut berbadan besar menghampiri mereka, wajahnya menyeramkan, warnanya hitam legam dengan sepasang capit kokoh di mulutnya. Di ruang lain samar-samar terdengar suara bentakan seekor semut yang diikuti suara rintihan semut yang lain. Guly penasaran dengan suara itu, ia beranjak mendekati sisi ruang itu dan mengintip di sana, tampak seekor semut besar dan hitam sedang memukuli seekor semut kecil sebangsanya. Guly terkejut, mungkinkah mereka sedang berantem? Mereka harus segera dipisahkan.

Guly baru saja hendak memberi tahu Sasi agar menghentikan perkelahian itu, namun belum sempat ia menghampiri Sasi, semut hitam bercapit kokoh itu kini berdiri di hadapannya kemudian membawa Guly ke sebauh ruangan yang penuh dengan makanan. Guly berpikir, betapa baiknya kupu-kupu cantik itu, sudah menyelamatkannya dan kini menghidangkan makanan yang demikian berlimpah. Sasi adalah dewi tercantik dan terbaik yang pernah ia temui. Ia bersorak gembira dan segera mengambil makanan itu untuk disantap.

Baru saja Guly membuka mulut untuk menggigitnya, semut hitam itu merampas makanan di tangan Guly. Ia memarahi Guly dan menjelaskan bahwa makanan itu adalah persembahan untuk para kupu-kupu. Guly dibawa ke tempat itu sebenarnya untuk dijadikan budak yang mencari dan mengangkut makanan bagi kupu-kupu keluarga Sasi. Para semut hitam adalah para pengawas budak yang tunduk pada perintah Sasi. Siapapun yang melawan, maka ia akan dimasukkan ke dalam penjara dan tidak diberi makan.

Guly amat terkejut, ia masih berpikir mungkin semut hitam itu salah mengerti perintah Sasi. Dengan susah payah, Guly menyusup ke ruangan Sasi dan menjelaskan perlakuan semut hitam itu padanya. Guly berharap Sasi segera memanggil semut itu dan mejelaskan bahwa Guly adalah tamunya. Namun di luar dugaan, Sasi tersenyum sinis dan mengusir Guly dari ruangannya. “Kau pikir, untuk apa aku membawamu ke sini? Aku kekurangan budak!.... Pengawal! Bawa budak ini ke ruang kerjanya dan jangan pernah membiarkannya masuk ke ruanganku lagi!”, teriak Sasi kepada semut hitam yang segera mematuhinya.

Guly teramat sedih menghadapi kenyataan sikap Sasi yang berbeda. Ternyata Sasi yang terlihat sangat cantik itu hanyalah seekor kupu-kupu jahat yang tidak punya perasaan. Kekecewaan Guly membuatnya tidak teliti dalam bekerja. Ia terjatuh saat mengangkut gelembung madu yang berat dalam gulungan daun. Madu itu tumpah dan membuat Guly mendapat hukuman dari semut hitam penjaga. Seharian itu Guly tidak diberi makanan.

Malam telah larut, semut-semut budak telah terlelap dalam ruangan yang terkunci. Para penjaga meninggalkan mereka untuk tidur di ruang lain. Guly tak dapat memejamkan matanya, rasa lapar demikian melilit hingga perutnya terasa sakit. Berkali-kali ia mengeluh namun tak ada yang dapat dilakukannya. Ruangan itu terkunci, sulit baginya untuk menyusup ke luar mencari makan. Tiba-tiba..’Pluk! sebuah bungkusan menimpa kepalanya. Guly terkejut. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tahu dari mana sumber lemparan itu. “Siapa yang melemparku!” teriak Guly. Suaranya itu membuat seorang penjaga terbangun dan menghampiri ruangan budak yang bagai penjara. “Jangan berisik! Tidur!” teriak penjaga itu. Guly segera berbaring karena tidak ingin bermasalah dengan penjaga itu. Setelah penjaga itu pergi Guly mengangkat kepalanya dan mencari bungkusan itu.

“Makanlah sambil berbaring membelakangi penjaga! Lakukan tanpa suara!” bisik sebuah suara lembut tak jauh dari sampingnya. Seekor semut perempuan yang kumal mengangkat sedikit kepalanya dan memperingatkan Guly. Tanpa pikir panjang Guly mematuhi semut perempuan itu. Diam-diam ia memakan isi bungkusan itu dengan cepat. Cairan itu lezat sekali dan membuat badannya terasa segar. Perutnya tak melilit lagi. “Terima kasih”, bisik Guly kepada semut penolong itu. Ia tidak menjawab, hanya memberi tanda supaya Guly diam dan tidur.

Pagi itu Guly berusaha menemui semut perempuan yang menolongnya semalam. Ia bahkan tak tahu namanya. Beberapa kali Guly hendak menemuinya, namun mereka selalu terpisah dari barisan masing-masing. Hampir tak ada waktu untuk mengobrol. Saat makan siang tiba, Guly segera mendekati semut itu. “Namaku Guly dari Kerajaan Pohon Mangga,  kau siapa?” tanyanya singkat. Seorang penjaga menoleh kepada mereka. Matanya melotot mengisyaratkan menyuruh diam. Sejenak mereka terdiam menunggu penjaga itu menjauh dari mereka. “Namaku Tia”, bisik semut perempuan itu. “Aku diculik dari Kerajaan Pohon Jambu di sebelah kerajaanmu.” Mereka kemudian saling bercerita tentang kisah mereka sampai di kerajaan kupu-kupu itu. Tidak banyak yang bisa mereka ceritakan karena semut penjaga mondar-mandir di sekitar mereka.

Dari kejauhan, Guly melihat Sasi yang cantik itu sedang menikmati hasil jerih payah para semut budak. Guly tidak menyangka bahwa penampilan cantik Sasi ternyata mengandung kejahatan yang tidak berperasaan. Semula Guly sudah merasa bahwa mimpi-mimpi kepahlawanannya menjadi kenyataan dengan Sasi sebagai puteri cantik yang ia selamatkan. Namun kini, ketika melihat Sasi, Guly merasa geram dan kecewa. Kenyataan tak seindah mimpi-mimpinya. Guly berpikir, ia harus mencari mimpi yang lain.

 “Mengapa tidak satupun dari kalian melawan mereka?” tanya Guly kepada temannya suatu hari. Temannya itu segera membantah dengan wajah ketakutan,”Kau mau dipenjara sampai mati?” katanya sambil buru-buru pergi. Beberapa kali Guly menanyakan hal itu kepada sesama budak. Kebanyakan jawaban mereka adalah ketakutan untuk memberontak. Hanya Tia yang memperhatikannya dengan seksama. “Aku juga pernah berpikir begitu, tapi tak ada yang mendukungku,” kata Tia.  “Aku akan mendukungmu!” kata Guly segera, ia merasa senang mempunyai teman yang sependapat dengannya.

Tia tersenyum sinis, “Caranya?” tanya Tia memperlambat kata-katanya untuk menegaskan agar Guly benar-benar berpikir tentang caranya, bukan hanya semangatnya saja. Guly terdiam sejenak. Memikirkan cara untuk melawan kupu-kupu yang dijaga semut hitam besar bercapit kokoh itu pastilah tidak mudah. Guly pernah merasakan kuatnya cengkeraman mereka saat menghukum  budak yang bersalah. Semut hitam itu jumlahnya cukup banyak. Belum tentu sepuluh semut budak mampu menandingi satu ekor semut penjaga. Selain itu, kupu-kupu itu sendiri memiliki sayap yang kuat yang sangggup menghempaskan para semut dalam sekali kibas. Belum lagi, banyak semut budak yang tidak memiliki keberanian untuk melakukan perlawanan.

“Aku sudah menghitung berapa banyak budak, berapa banyak semut penjaga dan berapa banyak kupu-kupu di pohon ini,” kata Tia kemudian. Dengan cepat Tia menjelaskan kepada Guly perbandingan jumlah yang tidak seimbang untuk melawan semut penjaga dan kupu-kupu. Jelas sekali, semut budak tidak akan mampu menandingi kekuatan fisik semut penjaga. Kalaupaun semut budak nekat menyerang berkelompok, maka hanya ada sekitar 7 semut yang dapat mengerubung satu ekor semut penjaga. Itu tidak cukup untuk menandingi kekuatan semut penjaga. Setidaknya satu semut penjaga dapat dikalahkan oleh 20 semut budak beramai-ramai, itupun beresiko terluka bagi semut budak. Akan jatuh banyak korban jika mereka nekat menyerang secara terang-terangan. Belum lagi kupu-kupu yang berjumlah puluhan itu, sayap-sayap kokoh mereka dapat melukai sepuluh ekor semut dalam sekali kibas.

Guly terus memikirkan caranya selama beberapa hari. Kekuatan mereka benar-benar tidak seimbang. Pikirannya melayang pada imajinasi bahwa dirinya memiliki kekuatan super yang dapat melemahkan semua semut penjaga dan kupu-kupu itu. Seorang diri ia dikerubuti puluhan semut penjaga dan kupu-kupu, namun dengan pedang saktinya, semua musuh dapat dikalahkan dengan beberapa ayunan saja. Mendadak munculah seekor naga yang menyerang Guly. Pedangnya yang kecil tak mampu menembus kulit naga itu. Guly terdesak hampir tewas oleh serangan naga, tiba-tiba kepalanya terantuk bungkusan yang baru saja dilemparkan dari suatu tempat. 

Dilihatnya di jendela menara yang tinggi seorang puteri semut berteriak padanya,”Cepat! Gunakan racun itu untuk membunuh naga!” Tanpa pikir panjang, Guly segera meraih bungkusan itu dan melemparkannya ke mulut naga. Naga itu mengerang kesakitan dan akhirnya mati. Guly bersorak gembira dan ia segera membebaskan sang puteri sebagai pahlawan. Para semut bersorak sambil menaburkan bunga-bunga padanya dan tiba-tiba….”Auw!..” teriak Guly kesakitan. Kepalanya terantuk batu di bawah tempatnya berbaring. Ia baru saja terjatuh dari tempat tidurnya setelah seorang semut penjaga mendorongnya dengan kasar sambil berteriak, “Waktunya bekerja! Dasar pemalas, siang-siang melamun saja!”

Guly tergopoh-gopoh berlari masuk barisan.  Ia merasa jengkel impiannya rusak begitu saja oleh semut penjaga itu. Tia mentertawakannya, “Bagaimana bisa kau bermimpi di siang bolong?”, komentar Tia masih mentertawakannya. Guly cemberut, namun mendengar suara Tia rasanya ia ingin kembali ke dalam mimpi, suara Tia mirip sekali dengan suara puteri yang melemparkan bungkusan racun tadi. Guly memperhatikan Tia, ia membayangkan Tia berpakaian gemerlapan seperti puteri tadi dan tampaklah bahwa memang Tia pasti berpenampilan cantik bila ia memakai gaun yang pantas. Guly baru berhenti menatap Tia ketika semut penjaga melewati berisan mereka.
“Aku tahu caranya!” seru Guly tiba-tiba. Tia menoleh heran, apa yang dimaksud oleh Guly. Namun Tia tidak sempat menanyakannya karena semut penjaga sudah memerintahkan mereka untuk mulai bekerja. 

Bersambung............................Semut Pemimpi Part 3

Semut Pemimpi Part 1




4 komentar:

  1. Can't wait to read the 3rd part, thanks for the story, my son likes this so.

    BalasHapus
  2. Nunggu part 3 nya. 🙇‍♂️

    BalasHapus
  3. Terima kasih sudah membaca cerita-cerita saya. Mohon maaf terlambat posting part 3 (tamat) karena gambar ilustrasinya belum siap. Gambar-gambar ilustrasi dalam cerita-cerita ini dibuat oleh anak saya yang masih 10 th. Karna dia sedang banyak ujian dan tugas sekolah maka gambarnya belum selesai. Semoga bisa di selesaikan minggu ini bersamaan dengan cerita baru lain yang sudah selesai saya tulis. Terima kasih.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus