Semut Peminpi ( Part 2 ) |
Sarang kupu-kupu cantik itu
sangat besar, bagaikan istana megah dengan banyak prajurit berbaris. Beberapa
semut berpapasan dengan mereka, namun mereka tidak saling menyapa seperti
halnya di istana Guly. Hal ini membuatnya heran. Namun Guly diam saja, ia pikir
mungkin kebiasaan di kerajaan semut rambutan ini berbeda dari tempatnya.
Tak lama kemudian, mereka tiba
di sebuah bilik kecil. Sasi mempersilahkan Guly untuk menunggu di sana. Seekor semut berbadan besar menghampiri
mereka, wajahnya menyeramkan, warnanya hitam legam dengan sepasang capit kokoh
di mulutnya. Di ruang lain samar-samar terdengar suara bentakan seekor semut
yang diikuti suara rintihan semut yang lain. Guly penasaran dengan suara itu,
ia beranjak mendekati sisi ruang itu dan mengintip di sana, tampak seekor semut
besar dan hitam sedang memukuli seekor semut kecil sebangsanya. Guly terkejut,
mungkinkah mereka sedang berantem? Mereka harus segera dipisahkan.
Guly baru saja hendak memberi
tahu Sasi agar menghentikan perkelahian itu, namun belum sempat ia menghampiri
Sasi, semut hitam bercapit kokoh itu kini berdiri di hadapannya kemudian
membawa Guly ke sebauh ruangan yang penuh dengan makanan. Guly berpikir, betapa
baiknya kupu-kupu cantik itu, sudah menyelamatkannya dan kini menghidangkan
makanan yang demikian berlimpah. Sasi adalah dewi tercantik dan terbaik yang
pernah ia temui. Ia bersorak gembira dan segera mengambil makanan itu untuk
disantap.
Baru saja Guly membuka mulut
untuk menggigitnya, semut hitam itu merampas makanan di tangan Guly. Ia
memarahi Guly dan menjelaskan bahwa makanan itu adalah persembahan untuk para
kupu-kupu. Guly dibawa ke tempat itu sebenarnya untuk dijadikan budak yang
mencari dan mengangkut makanan bagi kupu-kupu keluarga Sasi. Para semut hitam
adalah para pengawas budak yang tunduk pada perintah Sasi. Siapapun yang
melawan, maka ia akan dimasukkan ke dalam penjara dan tidak diberi makan.
Guly amat terkejut, ia masih
berpikir mungkin semut hitam itu salah mengerti perintah Sasi. Dengan susah
payah, Guly menyusup ke ruangan Sasi dan menjelaskan perlakuan semut hitam itu
padanya. Guly berharap Sasi segera memanggil semut itu dan mejelaskan bahwa Guly
adalah tamunya. Namun di luar dugaan, Sasi tersenyum sinis dan mengusir Guly
dari ruangannya. “Kau pikir, untuk apa aku membawamu ke sini? Aku kekurangan
budak!.... Pengawal! Bawa budak ini ke ruang kerjanya dan jangan pernah
membiarkannya masuk ke ruanganku lagi!”, teriak Sasi kepada semut hitam yang
segera mematuhinya.
Guly teramat sedih menghadapi
kenyataan sikap Sasi yang berbeda. Ternyata Sasi yang terlihat sangat cantik
itu hanyalah seekor kupu-kupu jahat yang tidak punya perasaan. Kekecewaan Guly
membuatnya tidak teliti dalam bekerja. Ia terjatuh saat mengangkut gelembung
madu yang berat dalam gulungan daun. Madu itu tumpah dan membuat Guly mendapat
hukuman dari semut hitam penjaga. Seharian itu Guly tidak diberi makanan.
Malam telah larut, semut-semut
budak telah terlelap dalam ruangan yang terkunci. Para penjaga meninggalkan
mereka untuk tidur di ruang lain. Guly tak dapat memejamkan matanya, rasa lapar
demikian melilit hingga perutnya terasa sakit. Berkali-kali ia mengeluh namun
tak ada yang dapat dilakukannya. Ruangan itu terkunci, sulit baginya untuk
menyusup ke luar mencari makan. Tiba-tiba..’Pluk! sebuah bungkusan menimpa
kepalanya. Guly terkejut. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tahu dari
mana sumber lemparan itu. “Siapa yang melemparku!” teriak Guly. Suaranya itu
membuat seorang penjaga terbangun dan menghampiri ruangan budak yang bagai
penjara. “Jangan berisik! Tidur!” teriak penjaga itu. Guly segera berbaring
karena tidak ingin bermasalah dengan penjaga itu. Setelah penjaga itu pergi
Guly mengangkat kepalanya dan mencari bungkusan itu.
“Makanlah sambil berbaring
membelakangi penjaga! Lakukan tanpa suara!” bisik sebuah suara lembut tak jauh dari
sampingnya. Seekor semut perempuan yang kumal mengangkat sedikit kepalanya dan
memperingatkan Guly. Tanpa pikir panjang Guly mematuhi semut perempuan itu.
Diam-diam ia memakan isi bungkusan itu dengan cepat. Cairan itu lezat sekali
dan membuat badannya terasa segar. Perutnya tak melilit lagi. “Terima kasih”,
bisik Guly kepada semut penolong itu. Ia tidak menjawab, hanya memberi tanda
supaya Guly diam dan tidur.
Pagi itu Guly berusaha menemui
semut perempuan yang menolongnya semalam. Ia bahkan tak tahu namanya. Beberapa
kali Guly hendak menemuinya, namun mereka selalu terpisah dari barisan
masing-masing. Hampir tak ada waktu untuk mengobrol. Saat makan siang tiba,
Guly segera mendekati semut itu. “Namaku Guly dari Kerajaan Pohon Mangga, kau siapa?” tanyanya singkat. Seorang penjaga
menoleh kepada mereka. Matanya melotot mengisyaratkan menyuruh diam. Sejenak
mereka terdiam menunggu penjaga itu menjauh dari mereka. “Namaku Tia”, bisik
semut perempuan itu. “Aku diculik dari Kerajaan Pohon Jambu di sebelah
kerajaanmu.” Mereka kemudian saling bercerita tentang kisah mereka sampai di
kerajaan kupu-kupu itu. Tidak banyak yang bisa mereka ceritakan karena semut
penjaga mondar-mandir di sekitar mereka.
Dari kejauhan, Guly melihat
Sasi yang cantik itu sedang menikmati hasil jerih payah para semut budak. Guly
tidak menyangka bahwa penampilan cantik Sasi ternyata mengandung kejahatan yang
tidak berperasaan. Semula Guly sudah merasa bahwa mimpi-mimpi kepahlawanannya
menjadi kenyataan dengan Sasi sebagai puteri cantik yang ia selamatkan. Namun
kini, ketika melihat Sasi, Guly merasa geram dan kecewa. Kenyataan tak seindah
mimpi-mimpinya. Guly berpikir, ia harus mencari mimpi yang lain.
“Mengapa tidak satupun dari kalian melawan mereka?”
tanya Guly kepada temannya suatu hari. Temannya itu segera membantah dengan
wajah ketakutan,”Kau mau dipenjara sampai mati?” katanya sambil buru-buru
pergi. Beberapa kali Guly menanyakan hal itu kepada sesama budak. Kebanyakan
jawaban mereka adalah ketakutan untuk memberontak. Hanya Tia yang
memperhatikannya dengan seksama. “Aku juga pernah berpikir begitu, tapi tak ada
yang mendukungku,” kata Tia. “Aku akan
mendukungmu!” kata Guly segera, ia merasa senang mempunyai teman yang
sependapat dengannya.
Tia tersenyum sinis,
“Caranya?” tanya Tia memperlambat kata-katanya untuk menegaskan agar Guly
benar-benar berpikir tentang caranya, bukan hanya semangatnya saja. Guly
terdiam sejenak. Memikirkan cara untuk melawan kupu-kupu yang dijaga semut
hitam besar bercapit kokoh itu pastilah tidak mudah. Guly pernah merasakan
kuatnya cengkeraman mereka saat menghukum
budak yang bersalah. Semut hitam itu jumlahnya cukup banyak. Belum tentu
sepuluh semut budak mampu menandingi satu ekor semut penjaga. Selain itu,
kupu-kupu itu sendiri memiliki sayap yang kuat yang sangggup menghempaskan para
semut dalam sekali kibas. Belum lagi, banyak semut budak yang tidak memiliki keberanian
untuk melakukan perlawanan.
“Aku sudah menghitung berapa
banyak budak, berapa banyak semut penjaga dan berapa banyak kupu-kupu di pohon
ini,” kata Tia kemudian. Dengan cepat Tia menjelaskan kepada Guly perbandingan
jumlah yang tidak seimbang untuk melawan semut penjaga dan kupu-kupu. Jelas
sekali, semut budak tidak akan mampu menandingi kekuatan fisik semut penjaga.
Kalaupaun semut budak nekat menyerang berkelompok, maka hanya ada sekitar 7
semut yang dapat mengerubung satu ekor semut penjaga. Itu tidak cukup untuk
menandingi kekuatan semut penjaga. Setidaknya satu semut penjaga dapat
dikalahkan oleh 20 semut budak beramai-ramai, itupun beresiko terluka bagi semut
budak. Akan jatuh banyak korban jika mereka nekat menyerang secara
terang-terangan. Belum lagi kupu-kupu yang berjumlah puluhan itu, sayap-sayap
kokoh mereka dapat melukai sepuluh ekor semut dalam sekali kibas.
Guly terus memikirkan caranya
selama beberapa hari. Kekuatan mereka benar-benar tidak seimbang. Pikirannya
melayang pada imajinasi bahwa dirinya memiliki kekuatan super yang dapat
melemahkan semua semut penjaga dan kupu-kupu itu. Seorang diri ia dikerubuti
puluhan semut penjaga dan kupu-kupu, namun dengan pedang saktinya, semua musuh
dapat dikalahkan dengan beberapa ayunan saja. Mendadak munculah seekor naga
yang menyerang Guly. Pedangnya yang kecil tak mampu menembus kulit naga itu.
Guly terdesak hampir tewas oleh serangan naga, tiba-tiba kepalanya terantuk
bungkusan yang baru saja dilemparkan dari suatu tempat.
Dilihatnya di jendela
menara yang tinggi seorang puteri semut berteriak padanya,”Cepat! Gunakan racun
itu untuk membunuh naga!” Tanpa pikir panjang, Guly segera meraih bungkusan itu
dan melemparkannya ke mulut naga. Naga itu mengerang kesakitan dan akhirnya
mati. Guly bersorak gembira dan ia segera membebaskan sang puteri sebagai
pahlawan. Para semut bersorak sambil menaburkan bunga-bunga padanya dan tiba-tiba….”Auw!..”
teriak Guly kesakitan. Kepalanya terantuk batu di bawah tempatnya berbaring. Ia
baru saja terjatuh dari tempat tidurnya setelah seorang semut penjaga
mendorongnya dengan kasar sambil berteriak, “Waktunya bekerja! Dasar pemalas,
siang-siang melamun saja!”
Guly tergopoh-gopoh berlari
masuk barisan. Ia merasa jengkel
impiannya rusak begitu saja oleh semut penjaga itu. Tia mentertawakannya,
“Bagaimana bisa kau bermimpi di siang bolong?”, komentar Tia masih
mentertawakannya. Guly cemberut, namun mendengar suara Tia rasanya ia ingin
kembali ke dalam mimpi, suara Tia mirip sekali dengan suara puteri yang
melemparkan bungkusan racun tadi. Guly memperhatikan Tia, ia membayangkan Tia
berpakaian gemerlapan seperti puteri tadi dan tampaklah bahwa memang Tia pasti
berpenampilan cantik bila ia memakai gaun yang pantas. Guly baru berhenti
menatap Tia ketika semut penjaga melewati berisan mereka.
“Aku tahu caranya!”
seru Guly tiba-tiba. Tia menoleh heran, apa yang dimaksud oleh Guly. Namun Tia
tidak sempat menanyakannya karena semut penjaga sudah memerintahkan mereka
untuk mulai bekerja. Bersambung............................Semut Pemimpi Part 3
Semut Pemimpi Part 1
Can't wait to read the 3rd part, thanks for the story, my son likes this so.
BalasHapusNunggu part 3 nya. 🙇♂️
BalasHapusTerima kasih sudah membaca cerita-cerita saya. Mohon maaf terlambat posting part 3 (tamat) karena gambar ilustrasinya belum siap. Gambar-gambar ilustrasi dalam cerita-cerita ini dibuat oleh anak saya yang masih 10 th. Karna dia sedang banyak ujian dan tugas sekolah maka gambarnya belum selesai. Semoga bisa di selesaikan minggu ini bersamaan dengan cerita baru lain yang sudah selesai saya tulis. Terima kasih.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus