Semut Pemimpi |
Tidur adalah pekerjaan yang
paling mudah dan menyenangkan. Ujung dunia manapun tak akan berjarak saat
mimpi-mimpi bermain dalam tidur. Semua cerita yang penuh keajaiban sangat mudah
diciptakan dalam tidur. Kau bisa merasakan terbang mengelilingi dunia yang
indah, kau bisa makan berlian serasa cerry merah, kau bisa berayun di puncak
badai tornado yang serasa seluncuran, bahkan kau bisa mengubah dirimu begitu
mempesona bagaikan seorang bintang yang dikagumi semua orang. Hm….tak ada lagi
batas dan jarak, semua bisa dimiliki, semua bisa diwujudkan…..
Seekor semut yang kelelahan
terlelap di atas sehelai daun mangga. Ia belum sempat pulang setelah
mengumpulkan cairan-cairan manis dari kutu-kutu putih yang menempel di
sudut-sudut tulang daun. Seharian penuh ia bekerja, mengumpulkan cairan lezat dan
membungkusnya dengan serpihan-serpihan daun untuk diangkut teman-temannya.
Mereka berbaris menuju sarang besar tempat ratu dan bayi-bayi semut harus
diberi makan. Sarang yang eksotis, terbuat dari gumpalan beberapa daun kering
yang direkatkan dengan ludah para semut pekerja, kantong-kantong kamarnya
tersusun indah menjadi istana cokelat di atas ranting pohon mangga.
Semut kecil yang kelelahan, ia
dipanggil Guly. Setiap hari tampak rajin dan penuh semangat untuk bekerja
mengumpulkan makanan sebelum musim dingin tiba. Bahkan malam itu ia tak pulang
setelah bekerja seharian. Dengan lelah ia berbaring di atas helai daun yang
menguning. Matanya menjelajah angkasa yang penuh cahaya bintang. “ Cantik sekali, apakah mereka semut-semut bernyala
yang berkeliaran di awan?” gumam Guly takjub. Pemandangan malam itu membawa Guly
berimajinasi ke negeri dongeng. Sebuah negeri yang penuh dengan para peri semut
yang mampu menciptakan benda-benda secara ajaib dengan tongkatnya. Sejenak
matanya terpejam, ia membayangkan dirinya menjadi pangeran semut yang
menyelamatkan puteri cantik dari cengkeraman monster jahat.
Mimpi-mimpi itu sangat indah
baginya, hingga membawanya tenggelam dalam lelap sampai malam tersingkir dari
tahta kegelapan. Matahari telah kembali
untuk menguasai terang. Pagi itu tak biasanya, hari dipecahkan oleh gemerisik
angin kencang. Dahan-dahan pohon terguncang, beberapa ranting rapuh dipatahkan
hingga terpelanting menjauhi pohon. Seluruh penghuni kerajaan terkesiap
menghadapi serangan angin kencang. Semua semut telah bangun untuk bersiap,
kecuali Guly… Semut kecil itu masih juga terkulai di atas helai daun, mimpinya
belum juga berakhir. Angin telah menggoyangnya dengan kencang, namun Guly
terlalu lelah untuk bisa terusik. Ia tetap meringkuk dalam tidurnya.
Angin bertiup kian keras, dan
kali ini helai daun yang sudah menguning itu tak sanggup berpegang lagi pada
dahannya. Ia menyerah pada dorongan angin dan melepaskan diri, terbang membubung
tinggi melintasi pucuk pohon, dan meluncur turun dengan anggunnya. Daun yang
malang, harus terpisah dari pohonnya, kini ia harus rela terjatuh di permukaan
air sungai, hanyut bersama aliran airnya menuju ke hilir. Dan Guly….masih saja
terlelap di atas helainya!
Suara itu terdengar berisik.
Bergemuruh keras sekali di telinganya. Guly mengeluh, apa saja yang dilakukan
teman-temannya hingga mengeluarkan suara yang demikian berisik mengganggu
tidurnya. Gulypun membuka mata dengan malas. Perlahan ia terbangun.
Guly
mencari sumber suara berisik itu, ia mengangkat kepalanya yang masih pening,
air… itulah yang pertama kali ia lihat. “ Apakah air manis dari kutu-kutu itu
sudah terkumpul sebanyak ini…” demikian pikir Guly. Ia menutup matanya lagi dan
hampir kembali tertidur. Namun telinganya mulai memperingatkan kesadarannya.
Suara gemericik itu berubah menjadi suara gemuruh. Guly membuka matanya kembali
untuk memastikan sumber suara itu, dan ternyata…. Guly terperanjat, ia terkejut
bukan main bercampur bingung. Daun tempatnya berbaring sedang hanyut menuruni
air terjun! “Aahhh!!!” teriak Guly
spontan.
Terbayang dalam benaknya, daun tempatnya berpijak itu bakal terjatuh
dan tergulung air sungai menuruni tebing. Belum sempat ia berpikir yang lain,
apa yang dibayangkan Guly itu sedang terjadi. Guly terjatuh terjun bebas menuju
lembah air terjun. Jelas sekali batu-batu bertebaran di dasar sungai dan
menciptakan gumpalan-gumpalan uap air. “Aaaghk!..Tolong!.” teriak Guly kembali
membayangkan kengerian yang harus dihadapi saat harus berbenturan dengan batu-batu di dasar air terjun. Tak ada yang
bisa ia lakukan kini untuk menghindar, terlambat, tubuhnya sedang terjun bebas.
Guly pasrah, ia pasti mati tenggelam atau terantuk batu.
Sadar akan
kematiannya, Guly memejamkan mata, ia mengatasi rasa takutnya dengan memimpikan
hal-hal indah. Menjadi pangeran semut bersayap yang terbang dengan gagahnya
untuk memburu naga jahat. Ia masih berharap puteri semut dalam mimpinya semalam
masih menunggu kepahlawanannya. Guly
merentangkan tangan seolah ia punya sayap. Ia memiringkan badan ke kanan dan ke
kiri seolah sedang terbang di antara pegunungan. Guly terbang melayang
melampaui air terjun , menuju puncak pohon tertinggi di pinggir sungai. Dengan
lembutnya Guly mendarat di atas biji rambutan yang memerah dan menguar bau
manis nan lezat. Mimpi yang dibuatnya sungguh indah.
“Sampai kapan kau akan
tersenyum sambil memejamkan mata seperti itu?” Suara itu terdengar lembut di
hadapannya. Guly membuka mata dan menghentikan imajinasinya. Di hadapannya
berdiri seekor kupu-kupu cantik bersayap putih. Guly tertegun, ia berpikir
mungkin inilah surga tempat semua yang sudah mati. Ternyata mati itu tidak
menyakitkan bahkan terasa indah. “Apakah kau malaikat penjaga surga?”, tanya Guly.
Kupu-kupu itu tampak terkejut namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak.
Badannya sampai membungkuk menahan geli di perutnya. Guly keheranan. Ia
bingung, di mana yang lucu. Mengapa kupu-kupu itu terus menerus tertawa.
“Kau benar, ini surga, lihat
sekelilingmu…buah rambutan yang ranum dengan kutu-kutu putih yang manis. Kau
bisa makan sepuasmu di sini tanpa takut kekurangan” , kata kupu-kupu. Guly
memandang sekitar, benar saja kata kupu-kupu itu. Banyak sekali makanan di
pohon ini. Tampak banyak semut sedang bekerja menghisap cairan manis dari
kutu-kutu maupun dari buah rambutan sendiri. Guly bersyukur dirinya tidak mati.
Ia telah diselamatkan oleh kupu-kupu cantik itu. “Namaku Sasi, sekarang kau
tamuku, ayo Ikut aku!” kata kupu-kupu itu dan berjalan menuju ke pokok batang
pohon yang besar. Ada sebuah lubang di sana dan Sasi mengajak Guly memasuki
terowongan gelap ke dalam pohon. Guly begitu senang, setidaknya, sebagian mimpinya menjadi kenyataan, ia bertemu dengan serangga yang sangat cantik.
Bersambung....
Bersambung....
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus