Kamis, 12 Juli 2018

SEMUT PEMIMPI (Part 1)

Dongeng, dongeng anak, cerita anak, dongeng bijak, cerita bijak, bijaksana
Semut Pemimpi


Tidur adalah pekerjaan yang paling mudah dan menyenangkan. Ujung dunia manapun tak akan berjarak saat mimpi-mimpi bermain dalam tidur. Semua cerita yang penuh keajaiban sangat mudah diciptakan dalam tidur. Kau bisa merasakan terbang mengelilingi dunia yang indah, kau bisa makan berlian serasa cerry merah, kau bisa berayun di puncak badai tornado yang serasa seluncuran, bahkan kau bisa mengubah dirimu begitu mempesona bagaikan seorang bintang yang dikagumi semua orang. Hm….tak ada lagi batas dan jarak, semua bisa dimiliki, semua bisa diwujudkan…..


Seekor semut yang kelelahan terlelap di atas sehelai daun mangga. Ia belum sempat pulang setelah mengumpulkan cairan-cairan manis dari kutu-kutu putih yang menempel di sudut-sudut tulang daun. Seharian penuh ia bekerja, mengumpulkan cairan lezat dan membungkusnya dengan serpihan-serpihan daun untuk diangkut teman-temannya. Mereka berbaris menuju sarang besar tempat ratu dan bayi-bayi semut harus diberi makan. Sarang yang eksotis, terbuat dari gumpalan beberapa daun kering yang direkatkan dengan ludah para semut pekerja, kantong-kantong kamarnya tersusun indah menjadi istana cokelat di atas ranting pohon mangga.

Semut kecil yang kelelahan, ia dipanggil Guly. Setiap hari tampak rajin dan penuh semangat untuk bekerja mengumpulkan makanan sebelum musim dingin tiba. Bahkan malam itu ia tak pulang setelah bekerja seharian. Dengan lelah ia berbaring di atas helai daun yang menguning. Matanya menjelajah angkasa yang penuh cahaya bintang. “ Cantik  sekali, apakah mereka semut-semut bernyala yang berkeliaran di awan?” gumam Guly takjub. Pemandangan malam itu membawa Guly berimajinasi ke negeri dongeng. Sebuah negeri yang penuh dengan para peri semut yang mampu menciptakan benda-benda secara ajaib dengan tongkatnya. Sejenak matanya terpejam, ia membayangkan dirinya menjadi pangeran semut yang menyelamatkan puteri cantik dari cengkeraman monster  jahat.

Mimpi-mimpi itu sangat indah baginya, hingga membawanya tenggelam dalam lelap sampai malam tersingkir dari tahta kegelapan.  Matahari telah kembali untuk menguasai terang. Pagi itu tak biasanya, hari dipecahkan oleh gemerisik angin kencang. Dahan-dahan pohon terguncang, beberapa ranting rapuh dipatahkan hingga terpelanting menjauhi pohon. Seluruh penghuni kerajaan terkesiap menghadapi serangan angin kencang. Semua semut telah bangun untuk bersiap, kecuali Guly… Semut kecil itu masih juga terkulai di atas helai daun, mimpinya belum juga berakhir. Angin telah menggoyangnya dengan kencang, namun Guly terlalu lelah untuk bisa terusik. Ia tetap meringkuk dalam tidurnya.

Angin bertiup kian keras, dan kali ini helai daun yang sudah menguning itu tak sanggup berpegang lagi pada dahannya. Ia menyerah pada dorongan angin dan melepaskan diri, terbang membubung tinggi melintasi pucuk pohon, dan meluncur turun dengan anggunnya. Daun yang malang, harus terpisah dari pohonnya, kini ia harus rela terjatuh di permukaan air sungai, hanyut bersama aliran airnya menuju ke hilir. Dan Guly….masih saja terlelap di atas helainya!
Suara itu terdengar berisik. Bergemuruh keras sekali di telinganya. Guly mengeluh, apa saja yang dilakukan teman-temannya hingga mengeluarkan suara yang demikian berisik mengganggu tidurnya. Gulypun membuka mata dengan malas. Perlahan ia terbangun.

Guly mencari sumber suara berisik itu, ia mengangkat kepalanya yang masih pening, air… itulah yang pertama kali ia lihat. “ Apakah air manis dari kutu-kutu itu sudah terkumpul sebanyak ini…” demikian pikir Guly. Ia menutup matanya lagi dan hampir kembali tertidur. Namun telinganya mulai memperingatkan kesadarannya. Suara gemericik itu berubah menjadi suara gemuruh. Guly membuka matanya kembali untuk memastikan sumber suara itu, dan ternyata…. Guly terperanjat, ia terkejut bukan main bercampur bingung. Daun tempatnya berbaring sedang hanyut menuruni air terjun!  “Aahhh!!!” teriak Guly spontan. 

Terbayang dalam benaknya, daun tempatnya berpijak itu bakal terjatuh dan tergulung air sungai menuruni tebing. Belum sempat ia berpikir yang lain, apa yang dibayangkan Guly itu sedang terjadi. Guly terjatuh terjun bebas menuju lembah air terjun. Jelas sekali batu-batu bertebaran di dasar sungai dan menciptakan gumpalan-gumpalan uap air. “Aaaghk!..Tolong!.” teriak Guly kembali membayangkan kengerian yang harus dihadapi saat harus berbenturan dengan  batu-batu di dasar air terjun. Tak ada yang bisa ia lakukan kini untuk menghindar, terlambat, tubuhnya sedang terjun bebas. Guly pasrah, ia pasti mati tenggelam atau terantuk batu. 

Sadar akan kematiannya, Guly memejamkan mata, ia mengatasi rasa takutnya dengan memimpikan hal-hal indah. Menjadi pangeran semut bersayap yang terbang dengan gagahnya untuk memburu naga jahat. Ia masih berharap puteri semut dalam mimpinya semalam masih menunggu kepahlawanannya.  Guly merentangkan tangan seolah ia punya sayap. Ia memiringkan badan ke kanan dan ke kiri seolah sedang terbang di antara pegunungan. Guly terbang melayang melampaui air terjun , menuju puncak pohon tertinggi di pinggir sungai. Dengan lembutnya Guly mendarat di atas biji rambutan yang memerah dan menguar bau manis nan lezat. Mimpi yang dibuatnya sungguh indah.

“Sampai kapan kau akan tersenyum sambil memejamkan mata seperti itu?” Suara itu terdengar lembut di hadapannya. Guly membuka mata dan menghentikan imajinasinya. Di hadapannya berdiri seekor kupu-kupu cantik bersayap putih. Guly tertegun, ia berpikir mungkin inilah surga tempat semua yang sudah mati. Ternyata mati itu tidak menyakitkan bahkan terasa indah. “Apakah kau malaikat penjaga surga?”, tanya Guly. Kupu-kupu itu tampak terkejut namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak. Badannya sampai membungkuk menahan geli di perutnya. Guly keheranan. Ia bingung, di mana yang lucu. Mengapa kupu-kupu itu terus menerus tertawa.

“Kau benar, ini surga, lihat sekelilingmu…buah rambutan yang ranum dengan kutu-kutu putih yang manis. Kau bisa makan sepuasmu di sini tanpa takut kekurangan” , kata kupu-kupu. Guly memandang sekitar, benar saja kata kupu-kupu itu. Banyak sekali makanan di pohon ini. Tampak banyak semut sedang bekerja menghisap cairan manis dari kutu-kutu maupun dari buah rambutan sendiri. Guly bersyukur dirinya tidak mati. Ia telah diselamatkan oleh kupu-kupu cantik itu. “Namaku Sasi, sekarang kau tamuku, ayo Ikut aku!” kata kupu-kupu itu dan berjalan menuju ke pokok batang pohon yang besar. Ada sebuah lubang di sana dan Sasi mengajak Guly memasuki terowongan gelap ke dalam pohon. Guly begitu senang, setidaknya, sebagian mimpinya menjadi kenyataan, ia bertemu dengan serangga yang sangat cantik.

Bersambung....

1 komentar: