Jumat, 27 April 2018

Puteri Baju Panjang

Cerita Anak, Dongeng Anak, puteri, baju panjang, baju
Puteri Baju Panjang
Seorang puteri raja, cantik, pandai, kaya raya, mempesona, berkuasa….. Puteri Alila, ia terlihat sempurna sebagai seorang puteri. Banyak orang ingin menjadi dirinya,  Namun ketika orang mulai mengenalnya, seribu keluhan melantun dalam hati. Putri itu menyadari kedudukannya sebagai seorang puteri yang dihormati seluruh rakyat. Ia juga menyadari kecantikan dan kepandaiannya hingga membuat sikapnya menyebalkan. Manja, egois, sombong dan tidak peduli pada orang lain. Yang ia lakukan sehari-hari hanya menyakiti orang lain dengan sikap dan perkataannya. Kadang ia menumpahkan kue tart yang baru saja dihias oleh koki raja hanya untuk bersenang-senang melihat koki itu menangis meratapi kuenya. Kadang pula ia menendang keranjang sampah yang baru saja dikumpulkan tukang sapu dengan susah payah. Bila ada orang yang berani melarangnya, puteri Alila akan menggunakan kekuasaannya sebagai tuan puteri untuk menghukum orang itu.. Ia sangat pandai merajuk ayahnya dan memutar balikkan cerita hingga sang raja menghukum orang yang berani melarang atau memperingatkan tuan puteri. Tak seorangpun yang berani melawan tuan puteri, banyak orang yang bersedih menerima perlakuan tuan puteri.


Suatu hari, kerajaan dilanda hujan badai. Air bagai dimuntahkan oleh langit, angin bertiup bagai ribuan banteng mengamuk. Pohon-pohon tumbang, rumah-rumah porak poranda. Banyak penduduk yang kehilangan rumahnya mengungsi ke istana memohon perlindungan. Seorang nenek tua renta menggigil memasuki istana untuk mendapatkan ruangan hangat. Puteri Alila sedang duduk di sebuah kursi sambil menikmati teh hangat dan sepotong roti yang baru saja dipanggang. Sehelai selendang pajang melilit dileher dan pundaknya, rasanya nyaman dan hangat. Nenek kedinginan itu mendekati tuan puteri, dengan suara gemetar karena menggigil, nenek itu meminjam selendang sang puteri. Dengan serta merta puteri itu berdiri angkuh dan berkacak pinggang. Matanya membalalak memperhatikan nenek tua yang terlihat kotor dan jelek itu. “Lancang sekali kau nenek jelek!. Selendang ini sangat mahal, kau yang kotor dan jelek ini tidak pantas memakai selendang indahku! Keluar kau dan jangan mengotori ruanganku! Bau! Jorok! Pergi! “ kata puteri Alila mengusir nenek itu.

Tiba-tiba, cahaya terang menyelimuti nenek buruk rupa itu dan merubahnya menjadi seorang peri yang cantik. Puteri Alila terkejut bukan main, begitupun para pelayan dan semua orang yang melihatnya. “Siapa kau? Di mana nenek itu?”, tanya Puteri heran. “Aku peri penjaga kerajaan!” jawab Peri itu. Dengan pandangan yang tajam, peri penjaga memandang Puteri Alila dan berkata,” Kecantikan wajahmu tidak menunjukkan hatimu, kepandaianmu tak menunjukkan pikiran baikmu, mulut indahmu tak mampu mengucapkan hal baik. Kau tidak pantas menjadi puteri kerajaan dengan hati, pikiran dan perkataanmu. Aku akan menghukummu supaya engkau mengerti tentang kebaikan.” Peri itu  kemudian mengayunkan tongkatnya. Suara gemerincing mengiringi seberkas sinar kuning  yang meluncur ke arah Sang Puteri. Tiba-tiba baju Puteri Alila berubah menjadi gaun yang sangat panjang hingga keluar istana. Gaun itu terasa berat saat puteri bergerak. Peri itu berkata lagi, “ Mulai sekarang, baju apapun yang kau kenakan akan berubah menjadi sangat panjang dan berat. Ini akan mengingatkanmu tentang tanggungjawab seorang puteri kerajaan yang panjang dan berat. Seorang puteri harus bisa menanggung penderitaan rakyat dan meringankan beban mereka. Kutukan ini hanya akan hilang kalau kau telah berubah menjadi puteri yang baik dan membawa kebahagiaan bagi banyak orang.”

Tanpa menunggu tanggapan dari Puteri Alila, peri itu segera menghilang. Puteri Alila merasa jengkel karena tidak bebas bergerak. Ia segera menuju kamarnya dan menyuruh para pelayan untuk mengganti baju panjang yang merepotkan itu. Namun, setiap kali Puteri mengganti bajunya, baju itu segera berubah menjadi sangat panjang dan berat. Berapapun baju yang sudah ia ganti, selalu berubah menjadi baju panjang dan berat. Semalaman itu puteri menghabiskan waktunya untuk mencoba semua baju yang ia miliki dengan harapan ada baju ynag tidak berubah menjadi panjang. Namun semua itu sia-sia. Semua baju yang ia kenakan selalu berubah. Puteri tidak punya pilihan lain. Sang Raja menasehatinya untuk melakukan banyak kebaikan kepada rakyat.

Hari-hari dilalui Puteri Alila dengan berat. Ia harus berjuang melawan kelelahan saat berjalan dengan bajunya. Iapun mulai melakukan beberapa kebaikan. Mula-mula dengan terpaksa ia memberi sedekah kepada orang miskin di jalan. Saat ia melakukan itu, bajunya memendek sedikit, tetapi terlalu sedikit dan tidak berarti. Maka Sang Puteri mencoba kebaikan yang lain dengan menolong orang-orang di sekitarnya. Ia membantu koki istana menghias kue, membantu tukang sapu merapikan sampah atau membantu penjaga menggosok senjatanya. Setiap hari ia menyempatkan waktu berjalan keluar istana untuk membagi-bagikan makanan kepada orang miskin. Ia juga membagikan mainan kepada anak-anak kecil di jalanan. Setiap hari ia bersusah payah berjalan dengan baju panjang yang sangat merepotkan dan berat itu.

Lambat laun, puteri Alila terbiasa melakukan kebaikan kepada orang lain. Ia kini tak pernah menghina orang lain dengan perkataanya. Kini ia lebih sering memberikan pujian ataupun mengucapkan harapan-harapan baik. Puteri Alila juga tidak lagi merasa jijik kepada rakyat jelata. Ia mau bersalaman dan bercanda dengan mereka. Setiap kali ada orang yang melakukan kesalahan, Puteri Alila tidak memarahinya. Ia tetap ramah dan memaafkan. Kini banyak orang menyukai Puteri Alila dengan tulus. Bukan karena ia seorang puteri yang cantik dan pandai, melainkan karena puteri telah berubah menjadi orang baik dengan perkataan yang sopan dan suka menolong. Ia sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Suatu ketika, musim hujan datang kembali. Air bagai dimuntahkan dari langit seperti tahun yang lalu. Kali ini, Puteri Alila telah siaga menghadapi bencana. Hari itu Puteri Alila sedang mengunjungi sebuah desa yang baru saja dilanda tanah longsor. Ia datang membawa bantuan dan penghiburan bagi para korban. Di dekat desa itu terdapat sungai besar yang sedang meluap. Banyak orang berkerumun di atas jembatan untuk menyaksikan banjir yang jarang mereka lihat. Air sungai itu bergolak dan berjalan cepat. Suaranya gemuruh membawa beberapa sampah dan batang pohon yang hanyut. Semakin lama semakin banyak orang yang berkerumun di atas jembatan itu.

Tanpa diduga, tiba-tiba terdengar suara keras seperti kayu yang patah. Detik berikutnya, orang-orang berteriak saat jembatan itu runtuh dan tercebur ke sungai. Banyak orang yang jatuh dan hanyut dibawa arus. Semua orang panik, menjerit-jerit ketakutan. Orang-orang yang masih di darat kebingungan melihat keluarga atau teman-temannya hanyut. Mereka tak berdaya untuk menolong karena air sungai itu sangat deras. Melihat pemandangan yang mengejutkan itu, Puteri Alila segera berlari ke pinggir sungai dan dengan sekuat tenaga melemparkan ujung bajunya yang sangat panjang. Kain itu segera terurai ke sungai. Rasanya berat sekali saat kain itu basah terseret air. Puteri Alila berpegangan erat pada sebuah pohon. “ Raih kainku dan bertahanlah!”, teriak Puteri kepada orang-orang yang hanyut itu. Segera mereka meraih kain puteri yang sangat panjang itu, namun karena air sangat deras, beberapa orang tak sanggup meraihnya karena kain itu tidak sampai kepada mereka.

Dengan berlinang air mata, puteri berdoa memohon pertolongan untuk orang-orang itu. Ia berdoa sepenuh hati untuk keselamatan mereka. Tiba-tiba keajaiban terjadi, kain itu bertambah panjang dan dengan cepat menjangkau orang-orang itu, bahkan mereka yang telah tenggelam dapat terangkat hingga semuanya selamat. Kini banyak orang yang bergelantungan pada kain Sang Puteri. Rasanya sangat berat, Puteri terlalu lelah menahannya hingga tangannya terlepas. Karena beratnya beban, Puteri terseret hampir tercebur ke sungai. Para penjaga dan penduduk yang berada di sekitarnya segera menangkap Sang Puteri. Mereka bergotong royong menarik kain yang penuh orang-orang itu. Satu per satu korban diselamatkan. Semua orang telah terhindar dari bahaya.

Penduduk desa menangis haru dan berterima kasih kepada Puteri Alila. Mereka merasa bahagia keluarga mereka selamat. Suara gemerincing tiba-tiba terdengar. Seberkas cahaya muncul di hadapan Puteri Alila. Tampaklah dalam cahaya itu Peri penjaga datang dengan senyuman di wajahnya. “Hari ini kutukanmu telah berakhir puteri, kau telah berubah menjadi orang yang baik. Kau bahkan tidak memikirkan keselamatanmu sendiri untuk menyelamatkan penduduk. Sekarang aku tak akan khawatir lagi pada masa depan kerajaan. Kau telah mampu menjadi seorang pemimpin yang memahami penderitaan rakyatmu.” Peri itu mendekati Puteri Alila dan dengan ayunan tongkatnya, baju panjang sang puteri memendek hingga sebatas mata kakinya. Baju itu menjadi bersih dan terasa sangat ringan. Puteri Alila melompat dan memutar-mutar gaunnya. Rasanya menyenangkan bisa bebas bergerak ke sana sini dan menari. Dengan perasaan bahagia, Puteri Alila berterima kasih kepada peri itu. Ia sangat berterima kasih karena Peri itu telah menuntunnya menyadari kesalahan dan memperbaikinya. Kini ia tahu bahwa kebaikan dapat mendatangkan rasa bahagia. Dan bahagia itu datang dari kasih sayang satu sama lain, bukan dari kepatuhan yang penuh rasa takut akan hukuman. Dengan kasih sayang dari rakyatnya, kesulitan apapun dapat diatasi bersama.




1 komentar: