Puteri Baju Panjang |
Seorang puteri raja, cantik, pandai, kaya raya, mempesona,
berkuasa….. Puteri Alila, ia terlihat sempurna sebagai seorang puteri. Banyak
orang ingin menjadi dirinya, Namun
ketika orang mulai mengenalnya, seribu keluhan melantun dalam hati. Putri itu
menyadari kedudukannya sebagai seorang puteri yang dihormati seluruh rakyat. Ia
juga menyadari kecantikan dan kepandaiannya hingga membuat sikapnya
menyebalkan. Manja, egois, sombong dan tidak peduli pada orang lain. Yang ia
lakukan sehari-hari hanya menyakiti orang lain dengan sikap dan perkataannya.
Kadang ia menumpahkan kue tart yang baru saja dihias oleh koki raja hanya untuk
bersenang-senang melihat koki itu menangis meratapi kuenya. Kadang pula ia
menendang keranjang sampah yang baru saja dikumpulkan tukang sapu dengan susah
payah. Bila ada orang yang berani melarangnya, puteri Alila akan menggunakan
kekuasaannya sebagai tuan puteri untuk menghukum orang itu.. Ia sangat pandai
merajuk ayahnya dan memutar balikkan cerita hingga sang raja menghukum orang
yang berani melarang atau memperingatkan tuan puteri. Tak seorangpun yang
berani melawan tuan puteri, banyak orang yang bersedih menerima perlakuan tuan
puteri.
Suatu hari, kerajaan dilanda hujan badai. Air bagai
dimuntahkan oleh langit, angin bertiup bagai ribuan banteng mengamuk.
Pohon-pohon tumbang, rumah-rumah porak poranda. Banyak penduduk yang kehilangan
rumahnya mengungsi ke istana memohon perlindungan. Seorang nenek tua renta
menggigil memasuki istana untuk mendapatkan ruangan hangat. Puteri Alila sedang
duduk di sebuah kursi sambil menikmati teh hangat dan sepotong roti yang baru
saja dipanggang. Sehelai selendang pajang melilit dileher dan pundaknya,
rasanya nyaman dan hangat. Nenek kedinginan itu mendekati tuan puteri, dengan
suara gemetar karena menggigil, nenek itu meminjam selendang sang puteri.
Dengan serta merta puteri itu berdiri angkuh dan berkacak pinggang. Matanya
membalalak memperhatikan nenek tua yang terlihat kotor dan jelek itu. “Lancang
sekali kau nenek jelek!. Selendang ini sangat mahal, kau yang kotor dan jelek
ini tidak pantas memakai selendang indahku! Keluar kau dan jangan mengotori
ruanganku! Bau! Jorok! Pergi! “ kata puteri Alila mengusir nenek itu.
Tiba-tiba, cahaya terang menyelimuti nenek buruk rupa itu dan
merubahnya menjadi seorang peri yang cantik. Puteri Alila terkejut bukan main,
begitupun para pelayan dan semua orang yang melihatnya. “Siapa kau? Di mana
nenek itu?”, tanya Puteri heran. “Aku peri penjaga kerajaan!” jawab Peri itu.
Dengan pandangan yang tajam, peri penjaga memandang Puteri Alila dan berkata,”
Kecantikan wajahmu tidak menunjukkan hatimu, kepandaianmu tak menunjukkan
pikiran baikmu, mulut indahmu tak mampu mengucapkan hal baik. Kau tidak pantas
menjadi puteri kerajaan dengan hati, pikiran dan perkataanmu. Aku akan
menghukummu supaya engkau mengerti tentang kebaikan.” Peri itu kemudian mengayunkan tongkatnya. Suara
gemerincing mengiringi seberkas sinar kuning
yang meluncur ke arah Sang Puteri. Tiba-tiba baju Puteri Alila berubah
menjadi gaun yang sangat panjang hingga keluar istana. Gaun itu terasa berat
saat puteri bergerak. Peri itu berkata lagi, “ Mulai sekarang, baju apapun yang
kau kenakan akan berubah menjadi sangat panjang dan berat. Ini akan
mengingatkanmu tentang tanggungjawab seorang puteri kerajaan yang panjang dan
berat. Seorang puteri harus bisa menanggung penderitaan rakyat dan meringankan
beban mereka. Kutukan ini hanya akan hilang kalau kau telah berubah menjadi
puteri yang baik dan membawa kebahagiaan bagi banyak orang.”
Tanpa menunggu tanggapan dari Puteri Alila, peri itu segera
menghilang. Puteri Alila merasa jengkel karena tidak bebas bergerak. Ia segera
menuju kamarnya dan menyuruh para pelayan untuk mengganti baju panjang yang
merepotkan itu. Namun, setiap kali Puteri mengganti bajunya, baju itu segera
berubah menjadi sangat panjang dan berat. Berapapun baju yang sudah ia ganti,
selalu berubah menjadi baju panjang dan berat. Semalaman itu puteri
menghabiskan waktunya untuk mencoba semua baju yang ia miliki dengan harapan
ada baju ynag tidak berubah menjadi panjang. Namun semua itu sia-sia. Semua
baju yang ia kenakan selalu berubah. Puteri tidak punya pilihan lain. Sang Raja
menasehatinya untuk melakukan banyak kebaikan kepada rakyat.
Hari-hari dilalui Puteri Alila dengan berat. Ia harus
berjuang melawan kelelahan saat berjalan dengan bajunya. Iapun mulai melakukan
beberapa kebaikan. Mula-mula dengan terpaksa ia memberi sedekah kepada orang
miskin di jalan. Saat ia melakukan itu, bajunya memendek sedikit, tetapi
terlalu sedikit dan tidak berarti. Maka Sang Puteri mencoba kebaikan yang lain
dengan menolong orang-orang di sekitarnya. Ia membantu koki istana menghias
kue, membantu tukang sapu merapikan sampah atau membantu penjaga menggosok
senjatanya. Setiap hari ia menyempatkan waktu berjalan keluar istana untuk
membagi-bagikan makanan kepada orang miskin. Ia juga membagikan mainan kepada
anak-anak kecil di jalanan. Setiap hari ia bersusah payah berjalan dengan baju
panjang yang sangat merepotkan dan berat itu.
Lambat laun, puteri Alila terbiasa melakukan kebaikan kepada
orang lain. Ia kini tak pernah menghina orang lain dengan perkataanya. Kini ia
lebih sering memberikan pujian ataupun mengucapkan harapan-harapan baik. Puteri
Alila juga tidak lagi merasa jijik kepada rakyat jelata. Ia mau bersalaman dan
bercanda dengan mereka. Setiap kali ada orang yang melakukan kesalahan, Puteri
Alila tidak memarahinya. Ia tetap ramah dan memaafkan. Kini banyak orang
menyukai Puteri Alila dengan tulus. Bukan karena ia seorang puteri yang cantik
dan pandai, melainkan karena puteri telah berubah menjadi orang baik dengan
perkataan yang sopan dan suka menolong. Ia sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya.
Suatu ketika, musim hujan datang kembali. Air bagai
dimuntahkan dari langit seperti tahun yang lalu. Kali ini, Puteri Alila telah
siaga menghadapi bencana. Hari itu Puteri Alila sedang mengunjungi sebuah desa
yang baru saja dilanda tanah longsor. Ia datang membawa bantuan dan penghiburan
bagi para korban. Di dekat desa itu terdapat sungai besar yang sedang meluap.
Banyak orang berkerumun di atas jembatan untuk menyaksikan banjir yang jarang
mereka lihat. Air sungai itu bergolak dan berjalan cepat. Suaranya gemuruh
membawa beberapa sampah dan batang pohon yang hanyut. Semakin lama semakin
banyak orang yang berkerumun di atas jembatan itu.
Tanpa diduga, tiba-tiba terdengar suara keras seperti kayu
yang patah. Detik berikutnya, orang-orang berteriak saat jembatan itu runtuh
dan tercebur ke sungai. Banyak orang yang jatuh dan hanyut dibawa arus. Semua
orang panik, menjerit-jerit ketakutan. Orang-orang yang masih di darat
kebingungan melihat keluarga atau teman-temannya hanyut. Mereka tak berdaya untuk
menolong karena air sungai itu sangat deras. Melihat pemandangan yang
mengejutkan itu, Puteri Alila segera berlari ke pinggir sungai dan dengan sekuat
tenaga melemparkan ujung bajunya yang sangat panjang. Kain itu segera terurai
ke sungai. Rasanya berat sekali saat kain itu basah terseret air. Puteri Alila
berpegangan erat pada sebuah pohon. “ Raih kainku dan bertahanlah!”, teriak
Puteri kepada orang-orang yang hanyut itu. Segera mereka meraih kain puteri yang
sangat panjang itu, namun karena air sangat deras, beberapa orang tak sanggup
meraihnya karena kain itu tidak sampai kepada mereka.
Dengan berlinang air mata, puteri berdoa memohon pertolongan
untuk orang-orang itu. Ia berdoa sepenuh hati untuk keselamatan mereka.
Tiba-tiba keajaiban terjadi, kain itu bertambah panjang dan dengan cepat
menjangkau orang-orang itu, bahkan mereka yang telah tenggelam dapat terangkat
hingga semuanya selamat. Kini banyak orang yang bergelantungan pada kain Sang
Puteri. Rasanya sangat berat, Puteri terlalu lelah menahannya hingga tangannya
terlepas. Karena beratnya beban, Puteri terseret hampir tercebur ke sungai.
Para penjaga dan penduduk yang berada di sekitarnya segera menangkap Sang
Puteri. Mereka bergotong royong menarik kain yang penuh orang-orang itu. Satu
per satu korban diselamatkan. Semua orang telah terhindar dari bahaya.
Penduduk desa menangis haru dan berterima kasih kepada Puteri
Alila. Mereka merasa bahagia keluarga mereka selamat. Suara gemerincing
tiba-tiba terdengar. Seberkas cahaya muncul di hadapan Puteri Alila. Tampaklah
dalam cahaya itu Peri penjaga datang dengan senyuman di wajahnya. “Hari ini
kutukanmu telah berakhir puteri, kau telah berubah menjadi orang yang baik. Kau
bahkan tidak memikirkan keselamatanmu sendiri untuk menyelamatkan penduduk.
Sekarang aku tak akan khawatir lagi pada masa depan kerajaan. Kau telah mampu
menjadi seorang pemimpin yang memahami penderitaan rakyatmu.” Peri itu
mendekati Puteri Alila dan dengan ayunan tongkatnya, baju panjang sang puteri
memendek hingga sebatas mata kakinya. Baju itu menjadi bersih dan terasa sangat
ringan. Puteri Alila melompat dan memutar-mutar gaunnya. Rasanya menyenangkan
bisa bebas bergerak ke sana sini dan menari. Dengan perasaan bahagia, Puteri
Alila berterima kasih kepada peri itu. Ia sangat berterima kasih karena Peri
itu telah menuntunnya menyadari kesalahan dan memperbaikinya. Kini ia tahu
bahwa kebaikan dapat mendatangkan rasa bahagia. Dan bahagia itu datang dari
kasih sayang satu sama lain, bukan dari kepatuhan yang penuh rasa takut akan
hukuman. Dengan kasih sayang dari rakyatnya, kesulitan apapun dapat diatasi
bersama.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus