Kerajaan Puspanusa adalah kerajaan
yang indah. Kerajaan ini banyak sekali ditumbuhi bunga berwarna warni. Kerajaan
ini begitu indah berkat usaha dua orang puteri kerajaan yang bersahabat sangat
erat. Setiap hari mereka berusaha menanam bunga-bunga di seluruh kerajaan.
Mereka adalah Puteri Mawar dan Puteri Melati. Kedua putri cantik ini selalu
tampak bersama. Keramahannya kepada setiap orang membuat mereka sangat dicintai
seluruh rakyat.
Seorang penyihir jahat merasa iri
dengan ketenaran mereka. Semua orang memuja persahabatan kedua puteri, namun
tak seorangpun yang sudi berteman dengan sang penyihir. Hari-hari dilaluinya
dengan rasa kesepian dalam kesendiriiannya. Dengan perasan iri, penyihir jahat
itu berencana menghancurkan persahabatan kedua puteri.
Pagi yang cerah, Puteri Mawar
tampak begitu cantik dengan gaun merahnya. Ia sedang pergi menuju istana Puteri
Melati untuk menanam beberapa bunga di pinggir jalan kota. Belum sampai ia ke
tujuan, ia dihadang oleh penyihir jahat yang menyamar menjadi nenek tua. Nenek
tua itu menyodorkan sebuah manggis merah kepada Puteri Mawar katanya,”Oh Puteri
Mawar, betapa cantik anda hari ini. Saya baru saja memetik buah manggis hasil
kebun sendiri, sudilah kiranya puteri mencicipi hasil kebun saya”. Puteri Mawar
tersenyum, nenek tua itu tampak ramah dan baik. Ia menerima buah manggis itu
tanpa curiga sama sekali.
Dengan senang hati, Puteri Mawar
memakan buah manggis yang terlihat begitu lezat. Namun, baru saja ia selesai
mencicipi buah itu, mendadak kepala Puteri pusing dan tak lama kemudian, asap
putih menyelimuti tubuhnya. Sebuah ledakan kecil telah mengubah sang Puteri
menjadi seekor kupu-kupu merah yang cantik. Tiba-tiba saja nenek itu berubah
wujud sebagai aslinya. Ia tertawa terbahak-bahak melihat mantranya
berhasil,”Ha..ha..ha… sekarang tak ada lagi yang akan mamuji persahabatanmu
dengan Puteri Melati, aku pun akan menyihir Puteri Melati menjadi burung
pemakan kupu-kupu. Pasti sangat menyenangkan melihat kalian saling bermusuhan,
ha..ha…ha…” Kupu-kupu merah bersedih melihat perubahan dirinya, namun ia tak
sempat meratapi nasibnya, ia harus segera memperingatkan Puteri Melati sahabat
terbaiknya itu agar terhindar dari bahaya.
Di taman istana, Puteri Melati
sedang menunggu sahabatnya. Ia menghabiskan waktu dengan bermain-main di antara
taman bunga. Kupu-kupu kecil beterbangan di antara bunga, berkejaran dengan
serangga-serangga penghisap madu yang lain. Puteri Melati mengejar beberapa
kupu-kupu dan menggodanya hingga beterbangan. Suatu ketika, seekor kupu-kupu
besar berwarna merah mendatanginya. Kupu-kupu itu demikian cantik, belum pernah
ia melihat warna yang seperti itu, merah dengan hiasan titik-titik biru.
Kupu-kupu itu terbang mendekati Puteri Melati, ia hinggap di tangannya dan
seolah hendak menarik jari-jari Puteri Melati. Sang Puteri heran melihat
perilaku kupu-kupu itu.
“Hei, apa yang kau inginkan?
Tidakkah kau ingin berpesta madu di tamanku?” tanya Puteri Melati. Kupu-kupu
itu terus mengepak-ngepakkan sayapnya menarik tangan puteri Melati. Namun
Puteri tak mengerti apa maksudnya. Ia masih keheranan ketika tiba-tiba penyihir
jahat telah sampai di taman itu. Suara tawanya keras sekali. “Ha…ha..ha…
rupanya kalian berdua bisa kutemukan di sini. Kupu-kupu cantik itu adalah
sahabatmu. Puteri Mawar yang cantik telah menjadi kupu-kupu….” Puteri Melati
terperanjat. Ia memandang kupu-kupu itu. Benarkah ia adalah Puteri Mawar. Belum
habis ia berpikir, Penyihir itu berkata lagi,” aku benci melihat persahabatan
kalian, tak ada yang mau berteman denganku. Aku akan memisahkan kalian supaya
kalian tahu rasanya sendirian sepertiku! Aku akan mengubahmu menjadi burung
pemangsa kupu-kupu! Kalian berdua akan berubah menjadi musuh…Ha..ha..ha….”
Puteri Melati semakin terkejut,
betapa jahat pemikiran penyihir itu.
Belum sempat puteri itu melarikan diri, penyihir telah mengayunkan
tongkat dan mengucapkan mantera. Seberkas sinar meluncur ke arah Puteri Melati.
Puteri Melati hanya bisa menjerit terkejut. Namun tiba-tiba, kupu-kupu merah
itu menghadang cahaya mantera penyihir. Cahaya itu mengenai kupu-kupu merah.
Tubuh dan sayapnya hancur berantakan. Puteri Melati terkejut bukan main, ia
menjerit menyadari sahabatnya pecah berkeping-keping. Puteri Melati menangis
mendapati sahabatnya tak berwujud lagi. Ia menangis meratapi kepergian
sahabatnya.
Jeritan puteri Melati mengundang
seluruh isi istana. Para punggawa segera menangkap penyihir jahat, namun
penyihir itu terlalu kuat, ia tak dapat ditangkap oleh para punggawa. Sementara
itu Puteri Melati masih menangis memeluk sehelai sayap kupu-kupu merah
sahabatnya. Air matanya mengalir membasahi sayap kupu-kupu itu. Puteri Melati
sangat berduka. Ia ingat sebuah lagu persahabatan yang selalu mereka nyanyikan
bersama, dengan berbisik, Puteri Melati mengalunkan lagu itu sebagai perpisahan
dengan sahabatnya. Ajaib! Bersamaan dengan lantunan lagu itu, kepingan
kupu-kupu yang bertebaran kemudian terbang ke udara satu per satu. Cahaya
berwarna pink berputar mengangkatnya. Perlahan tampak bayangan seorang puteri
dalam cahaya itu. Dan ternyata, kepingan kupu-kupu itu telah berubah menjadi
Puteri Mawar kembali.
Kedua puteri berpelukan dengan gembira.
“Sahabatku, engkau telah memecahkan mantera dengan air mata dan lagu itu. Ikatan
persahabatan kita telah mengalahkan kebencian penyihir jahat itu, maka aku
kembali menjadi Puteri Mawar”, kata puteri Mawar kepada sahabatnya. “Jika
begitu, mari kita satukan ikatan persahabatan kita dan menyanyikan lagu
bersama, kita hancurkan mantera penyihir jahat”, kata puteri Melati. Mereka
kemudian bergandengan tangan, dengan segenap perasan persahabatan, mereka
menyanyikan lagu persahabatan mereka. Nada-nada merdu mengalun, membuat
penyihir jahat kesakitan. Lagu itu terus dilantunkan dan kedua puteri semakin
mendekati penyihir dengan penuh perasaan cinta persahabatan. Aura cinta mereka
terus menekan aura jahat penyihir hingga akhirnya hancur berkeping-keping.
Penyihir telah kehilangan kekuatan jahatnya, ia tak punya kekuatan lagi. Para
pengawal segera menangkapnya.
“Tunggu dulu!” cegah Puteri Mawar
kepada para pengawal itu. Kedua puteri mendekati penyihir jahat, ia kini tampak
sebagai seorang gadis yang tak berdaya. Kedua puteri mengulurkan tangannya ke
arah penyihir itu. “Maukah kau menjadi sahabat kami?” tanya Puteri Melati
kepada penyihir itu. Si Penyihir amat terkejut dan heran dengan sikap kedua
puteri. Mereka membalas kejahatan yang ia lakukan dengan tawaran persahabatan.
Namun melihat ketulusan kedua puteri, penyihir jahat itu mengangguk. Ia menerima
persahabatn yang indah. Sejak saat itu, penyihir jahat telah kehilangan
kejahatannya, ia berubah menjadi puteri yang baik sebaik Puteri Mawar dan
Melati. Kini ia disebut Puteri Kenanga. Ketiga puteri itu kemudian terus
mengajarkan persahabatan kepada seluruh negeri. Untuk mengenang persahabatan
mereka, maka di setiap upacara kerajaan selalu menggunakan ketiga macam bunga
yaitu mawar, melati dan kenanga. Tradisi ini turun temurun hingga sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar